seiring jalanny sang waktu...., setahun sudah,

Bagai makna datangnya qibas
Relakan nyawa meski memerih
disini berawal...

seiring jalanny mentari...
layaknya lautan tak mengenal koyakan
sengatan panas puncaknya surya
kibasan dikulit kasarnya karang


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Meski....
percikan permata menetes
Mentari kan menyeka jadikan warna-warni pelangi
hingga kebiruan menyulam senyum

Seberkas jalan memberat
Jengkal langkah semoga hingga usai
dan .....
Cukupkah waktu menuju keribaanMU
 
 
 
 
 

kadang kurindu pagimu....

Pagi ini memang matahari tidak bersinar cerah
tapi pagi ini indah
ada kabut tipis yang menyelimuti dan kepulan
asap dari dapur yang mewangi
dari kejauhan suara burung-burung terdengar
bersahut-sahutan
berlomba dengan kokok ayam serta celoteh
riang anak-anak...


Matahari tampaknya masih enggan
membiaskan cahayanya
bersembunyi malu di balik awan-awan kelabu
yang sedang berdiskusi
apakah hujan hendak diturunkan hari ini?

Pagi dikampungku selalu saja membuatku
rindu
rindu akan susana sebuah kehidupan
sederhana
disini tak ada hiruk pikuk manusia yang
berlomba untuk dunia
mereka hanya tahu satu hal...
pergi ke petak kebun serta sawah yang
mereka punya
menanam apa yang mereka bisa
menunggu hasil yang akan mereka terima
dan bersyukur dengan apa yang mereka dapat
sungguh suatu pola hidup yang teramat
sederhana...

Pagi di kampungku sungguh indah walaupun
biasa
karena waktu seolah merambati hari tua
bukan berlari
disini kita bisa duduk tenang menunggu
datangnya senja
lalu terdengarlah suara-suara merdu
mengalunkan puja
dari lisan-lisan bocah yang belajar mengeja
setiap huruf dari kalam suciNYA


note..
'posting dibuat sewaktu lebaran kemaren...awal sept 2011"
gambar hanyalah ilustrasi..., NADRI yang sesungguhnya bukanlah seperti itu,
krn disana terdiri dari bbrapa bukit..., bukan hamparan sawah...
tapi ku selalu merindukannya, karena disanalah ku lahir dan dibesarkan....





di ujung sepi...

Entah kenapa malam itu bulan begitu mengipnotisku.
Cahayanya yang redup krn masih diawal bulan
mendatangkan kesenduan malam yang sepi....























Aku memandanginya dengan terpesona, layaknya kelinci
linglung memandangi sang dewi yang tengah terbang
menuju langit dalam cerita anak-anak yang kubaca waktu SD.
Bayangan badanku yang tercetak di tanah terlihat lebih nyata
setelah lampu-lampu di sekitar rumah aku matikan.

Dari halaman depan rumah, aku bisa melihat bulan
bertengger dengan anggun di atas pucuk-pucuk daun.
Pantulan cahayanya yang samar di dedaunan menimbulkan
semburat warna keperakan.
Daun-daun itu bergoyang karena tiupan angin malam yang
tak begitu dingin. Dari sungai di samping rumah terdengar
suara kodok bersahutan dengan suara jangkrik yang tak
henti-hentinya berkicau dengan riang.

Malam di kampung memang selalu terasa sepi. Cepat sekali
orang-orang sudah masuk rumah untuk beranjak ke
peraduan atau sekedar nongkrong di depan televisi.
Dunia kecilku kini sudah berubah. Tak ada lagi petak umpet
dan gobak sodor di malam hari. Juga tak ada lagi perburuan
jangkrik di sawah-sawah yang kering setelah panen.

Bahkan bulan pun merasa kesepian kini.



# sept 2, 2011

Jelang Malam

Tlah meredup sinar mentari
Menandakan senja beranjak gelap
Pagi tlah siang kini malam kan menjelang


Hanya sepi dan dingin
Pecah tangis sang bidadari langit
Kilatan emosi membelah perih




















Belum usai mentari memancarkan
Setengah daun masih haus jangkauannya
Namun apalah daya....
Mentari menunggu esuk ,atau sirnakan.


Malam hanya merenung
Meski mentari tak seindah mewarnai bumi
Kilauan tetap harap
Hingga ada senyum menyambut pagi....
Dan berujung setiap cakrawala biru.




jum'at ....

silau...



Masih seperti hidup berkesan di dalam benakku
Hutan rimba jauh di sana terhias oleh hijau yang abadi beribu-ribu bunga
Kudaki melintas bukit
Berjalan letih menahan berat berbeban


Jika matahari yang kulihat adalah terang 
Maka sinarnya belum menerangi seluruh isi ruangku
 



















Silau terhampar
Hilangkan udara segar

Musim hujan segera menuju jurang malam
Lambat laun mengantar siang
Jiwa alam gemulai lunglai
Bara menyala membuang jiwa lajang yang merdeka

Pesanmu berhujanan menghambur bergegas...





Purworejo ku merindukanmu....



Akankah aku bertanya,saat kawan mengabarkannya.....
Dimana tempat aku melihat pagi
Menenun embun menjadi selimut penghangat diri
Menemui air menjadi permata dan udara harumkan surga






" orang purworejo pasti kan mengenal tempat ini.., ya ini adalah "posis'








Mengingat kaki langkahkan keramaian
Berada ,saat keinginan yang tak tergapai
Mulut rasa tawarkan santapan...
Seolah meneguk lautan ,kala bergelora *


Kemudian...
Semuanya berahkir pada saat berawal
Usia kecilku terkelupas masa dewasa
Udara kabut terkikis mesin berderu
Tempat alam tersingkirkan lelehan individu


Kabarnya masih...
Mengharapkan pemahaman atas diri renta yang mencipta
Nikmati senja mengelilingi keteduhan berbising
Atau bisa mengulang awal yang tlah tertinggal

Akankah aku bertanya...
Kalaulah embun masih butiran mutiara
Pagi masih berselimut ,dan bersanding sejuta selera 
Tetaplah begini ,terkenang apa adanya
Hingga....datangku membawa keinginan jiwa




'' kupersembahkan posting ini buat mengobati kerinduanku pada kotaku tercinta..purworejo..."





masapun tlah berganti...



Berkala keteduhan memudar
Masa-masa manis tlah mengukirku kini
Menoleh ke belakang...
Tentang kekaguman alamku

Teringat...
Kabut menggiring asa kecil ...
Apa kelak bertemu impian
Sedang naluri canda tak jua menyingkir
Gurauan ,olokan.....
Mengikat nuansa kelucuan


Langkah mendekat kembali
Pohon usang kurus mengering
Jawabnya...
Kabut tlah melupa
Panas surya mengusir keteduhan,Hingga...
Hempasan-hempasan melepas tulang

Sesuatu mencabut lamunanku
Diam tapi merasa
Kebingungan saat pembaringan kecilku mengering...
Singgasanaku tlah retak
Harap tapi tak bergerak
Manis meski pahit disenangi
Jadilah aroma kabut dikesejukan berlalu masam.





Senandung Lagu




Ketika satu pintu kebahagian tertutup
Saat kata kehilangan makna
Syairpun tak sua pujangga
Semua resah meluruskan sayap

Terpaku keelokan lara
Aduan kegembiraan,kepedihan ,ketakjuban...
Hingga nampak terduduk diabu emasnya
Melepuh...

Sekaranglah...
Hadirkan lagu peluruh lemah
Mampu menyatukan dalam darah
Setengah mati meraup jujur

Duduk berayun-ayun
Meski tanpa ucap dan meninggalkannya seolah lantunkan kata
Karana mereka yang menghargai kehilangan dari kebahagiaan.
Melepas harap diatas pengorbanan

Akan tiba saatnya
Dimana senandung tiada indah
Berbekas mengerti apa tak terjelaskan
Mendengar apa tak terucap

Sang kelana menjawab...
Jika belum tercipta
akan terlantunkan
Bila hanya nafas ini
Biar terbagikan 
Sampai belantara sepi terlewati





Tembang Musim....



Daun-daunpun melambai menanti kerinduan alam
Menggelitik awan biru ,hingga bermuram
Menjerit kilatan dasyat....
Diiringi semburan berdesis ,melenakan


Langit menangis...
Dengan panggilanku,gerimis itu akan membekas
Jika dari gerimis meninggalkan nyanyian dan tarian pada jatuhnya
Ia telah meninggalkan beberapa bening dalam ranting bercabang
Kerinduan terobati...
Rindu lagu-lagu sekitar , beribu penantian tak terdengar


Namun...
Ketika cakrawala tampil cemerlang
Berlenggok untaian selendang warna (pelangi)
Tembang kesedihan segera terngiang
Berkunjunglah,pasti harap kan' kian bertambah
Meski, siapapun yang terlalu sering mengunjungi ,akan bosan















Sekiranya nyata....
Amarah bencana bicara


Daun-daunpun bergoyang
Seakan kerinduan berbuah dilema
Kemana kan kupautkan lagi...
Sedang hujan kian bertubi






jeritan alamku....





Bumi teriak ...
Siapa yang patut memelihara...
Bilanglah para penghuni
Kalian butuh ragaku
Mengapa kalian tusuk , hentak ,dan kalian kotori...
Sedang esok menjadi sarang abadi.



















Sungguh , kalaulah boleh iri
Inginku seperti Bulan , Bintang , dan Matahari
Berdiri diatas tiada yang menyakiti
Penghuni...
Kalian selalu menyanjungnya ketika ria
Menangisi ketika tiada


Terjagamu niscaya siksa bertubi
Rambutku rusak , airpun kering 
Dibatas usang ,semakin mengiris
Hampa menjadi tandus kehidupan sejati
Menjadi amarah yang kian menyelubungi,tak kah mau peduli...
Andai datang waktunya,kalian melenggang seolah tiada beban
Ketika aku panggil kesabaran setelah kepergianmu dan tangisan
Ternyata tangisan segera menjawab,sedang kesabaran tidak !


Biarlah penghuni rasa
Saat ku tergunjang memikul berat
Saat ku mual mencium busuk sisa buanganmu
Saat ku berkipas kena sengatan aktivitasmu


Ya....
Gempa
Gunung meletus
Badai




"turut prihatin atas kejadian alam akhir2 ini...gunung meletus, sunami, lumpur meluap, banjir dll...., semoga ada hikmah dibalik semua itu...."



dilema tentang alam...

Saat jalan diambang pilihan
Dalam sisa tenaga dan harus berharap
Meski segenggam  diwajah yang mulai kusut
Menuai tangis buliran keemasan

Ibarat raga tlah termakan kimia
Pesakitan saat menerima
Hujan mengguyur kulit terkikis
Kemarau memuncak kulit terbelah
Dilema kami menyakiti bumi



Ditemani kotak usang bersuara
Tanya terus menjerat ke Maha Pencipta
Maafkan kami selalu menanam
Selalu menebar bubuk perusak
Terus menyiksa tiada ujung


Hanya ini ....
Menghidupi anak-anak kami
Bekal mereka walau tangis mengiringi
Belahan bumi yang terkoyak mereka kejar dan tempati
Ampuni kami....
Amarah kian mendekat
Ampuni kami....
Kelak kan menghimpit raga tak berjiwa


Namun.....
Dari kejauhan berbisik
Jadikanlah diri yang lembut daripada tiupan angin pegunungan
Dan....
Lebih tinggi cita-cita didunia daripada keberadaan bintang berkelip
Karna....
Dari kejauhan berucap
Kami ikut menikmati


Meski....
Kulit bumi kian terinfeksi





makna akan persahabatan...

Dan seorang remaja berkata..., bicaralah pada kami tentang persahabatan.
dan dia  menjawab  : 

Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mau kedamaian.
Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.


Dan bilamana dia diam, hatimu berhenti dari mendengar hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam  persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Karena yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.















Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Karena cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.


Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika  kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu


Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Karena dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan....




...selamat hari persahabatan,

 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 jejak langkah... |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.