tag:blogger.com,1999:blog-85021636008533761282024-03-08T11:57:48.351-08:00jejak langkah...Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.comBlogger36125tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-82806871448136277532013-07-22T18:32:00.003-07:002014-01-04T05:12:27.779-08:00sketsa cemara...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<br />
<br />
Sketsa cemara...<br />
adalah lambaian tangan kita <br />
memetik dawai senandung damai<br />
lantunkan heningnya<br />
usap dalam kembara<br />
jurai-jurai melepas di hariba bumi<br />
biarlah kuuntai, duhai<br />
jadikan kalung pengikat<br />
bercermin di permukaan telaga<br />
lihat, manis jalinan yang indah<br />
tersenyum, jatuhkan kasihmu ke dalamnya<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-13BXzPHKizY/Ug2Cg_TBILI/AAAAAAAABPI/ZpauJHLuw04/s1600/cemara-001.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="168" src="http://2.bp.blogspot.com/-13BXzPHKizY/Ug2Cg_TBILI/AAAAAAAABPI/ZpauJHLuw04/s200/cemara-001.jpg" width="200" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gapaian cemara...<br />
adalah tangan-tangan kita<br />
yang merindukan napas cinta<br />
<br />
Desau cemara ...<br />
adalah tembang penyeru gempita<br />
dedaunan, jejuraian yang runtuh<br />
taburi dengan titik kesuburan-Mu<br />
kilaukan, wahai kilaukan<br />
matahari puncak perdamaian<br />
nyanyikan tentang sketsa cemara<br />
nyanyikan tentang kesucian jiwa<br />
kaum pendamba ...</div>
Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-82620153957605441542013-06-28T20:31:00.000-07:002018-07-04T01:56:40.246-07:00Juni adalah kalian...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
<br />
bagai kepak sayap burung pulang<br />
perkasa di selasar bintang,<br />
laksana camar menjelajah riang<br />
selami laut penuh tawa<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-zH_QhNsjOaI/WzyIGprvC7I/AAAAAAAABXc/EtHdgiI-nX01VdBmFE-gUDVIpjQpkSIcgCLcBGAs/s1600/IMG_20180624_094557.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://2.bp.blogspot.com/-zH_QhNsjOaI/WzyIGprvC7I/AAAAAAAABXc/EtHdgiI-nX01VdBmFE-gUDVIpjQpkSIcgCLcBGAs/s320/IMG_20180624_094557.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
waktupun betah berlabuh, menunggumu<br />
di bulan juni ini...<br />
kuharap, engkau belumlah petang merah<br />
jingga di detik menit<br />
yang hanya duduk membatu menatap<br />
dentang usia...<br />
<br />
engkau sejatinya adalah pelukis masaku dan<br />
kisah hidupku,<br />
bagai senyum berpendar dengan beribu<br />
kunang kunang<br />
hingga malam tak lagi gulita...<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<i>June 15, 25, 28...</i><br />
<i>happy b'day my love wife, my son, 'n my daughter..., </i><br />
<i>I will always love u all....</i></div>
Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-88892155817755087292012-12-06T17:53:00.001-08:002012-12-08T23:44:46.183-08:00petikan kisah detik-detik terakhir kehidupan Rosulullah SAW<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<span style="font-size: small;">Ketika merasa bahwa ajalnya sudah dekat, </span>Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat di kediaman istri tercintanya, Sayyidah Aisyah RA.<br />
<span style="font-size: small;">Setelah semua berkumpul, beliau memandangi </span>mereka dengan tatapan mata yang sendu. Air mata beliau menetes tiada henti. Di tengah tangisnya beliau bersabda, “Marhaban bikum, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian. Aku berwasiat kepada kalian, bertaqwalah kepada Allah SWT.<br />
<span style="font-size: small;">Telah dekat perpisahan dan telah hampir waktu pulang kepada </span>Allah Ta'ala. Hendaklah Ali memandikanku, sedangkan Fadlal bin Abbas dan Usamah bin Zaid yang menuangkan air. Kemudian kafanilah aku dengan kainku jika kamu menghendaki, atau dengan kain putih buatan Yaman.<br />
<span style="font-size: small;">Jika kalian selesai memandikanku, letakkan jenazahku di tempat tidur </span>di rumahku ini, diatas pinggir lubang kuburku. Kemudian bawalah aku keluar sesaat. Maka yang pertama kali bersholawat kepadaku adalah Allah Azza wa Jalla, lalu Jibril, Mikail, Israfil, Izrail bersama pasukannya, kemudian segenap malaikat. Sesudah itu barulah kalian masuk rombongan demi rombongan, dan shalatkanlah aku.” Begitu mendengar wasiat Nabi, para sahabat takkuasa menahan tangis.<br />
<span style="font-size: small;">Mereka menjerit…..”Ya Rasulullah, Tuan adalah rasul kami, penghimpun dan </span>pembina kekuatan kami, serta penguasa segala urusan kami. Jika Tuan pergi, kepada siapakah kami kembali?”<br />
<span style="font-size: small;">Rasulullah SAW bersabda, “Aku tinggalkan kalian di j</span>alan yang terang. Aku tinggalkan untuk kalian dua juru nasihat yang berbicara dan yang diam.<br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">Penasehat yang berbicara ialah Al-Quran, penasihat diam ialah maut... </span><br />
Jika kalian menghadapi persoalan yang musykil, kembalilah kepada Al-Quran dan sunnah; dan jika hati kalian kusut, tuntunlah dengan mengambil I'tibar tentang peristiwa maut.”<br />
<span style="font-size: small;">Sejak itu, akhir bulan Shafar, Rasulullah SAW jatuh sakit. </span>Semakin lama penyakitnya semakin berat.<br />
Suatu saat, ketika para sahabat berkumpul dikediaman Sayyidah Aisyah RA untuk menjaga Rasulullah SAW secara bergantian, Rasulullah SAW bangun dari tempat tidurnya dengan mengenakan ikat kepala, pertanda sakitnya masih berat.<br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">Telaga Haudh </span><br />
<span style="font-size: small;">Didepan para sahabat, beliau bersabda, “Wahai para </span>sahabatku….. Sungguh, demi Allah, saat ini telah kulihat Telaga Haudh di hadapanku. Demi Allah, aku tidak takut syirik akan menimpa kalian setelah aku wafat. Tetapi yang kutakutkan, kalian saling berebut dunia, saling hantam memperebutkan kekayaan. Itu yang aku takutkan.” Haudh adalah salah satu telaga di surga.<br />
<span style="font-size: small;">Dari hari ke hari, kesehatan Nabi semakin </span>memburuk, dan para sahabat mulai cemas. Suatu hari, Senin Subuh, <span style="font-size: small;">sahabat Bilal mengumandangkan </span>adzan di Masjid Nabawi. Tapi hingga beberapa waktu Nabi belum juga hadir. Ia lalu menyusul ke rumah beliau. Didepan pintu rumah, ia mengucapkan salam,<br />
<span style="font-size: small;">“Assalamu’alaika, ya Rasulullah.” Nabi tidak menjawab, tapi Sayyidah Fathimah RA </span>keluar sambil menjawab salam, “Alaikassalam….. Kalau ada perlu lain kali saja. Rasulullah sedang demam.”<br />
<span style="font-size: small;">Mendengar jawaban itu, Bilal tidak paham. Ia lalu </span>kembali ke masjid, menunggu kedatangan Nabi sampai langit disebelah timur mulai menguning.<br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">Karena waktu subuh hampir habis, Bilal kembali </span>kerumah Rasulullah SAW. “Assalamu’alaika, ya Rasulullah…. para makmum sudah menunggu dan langit sudah pula menguning,” katanya.<br />
<span style="font-size: small;">Saat itu, Nabi agak sadar. Dengan tersendat-sendat </span>beliau membalas salam Bilal, lantas bersabda, “Ya Bilal, aku tahu fajar telah mulai tiba. Beri tahu Abubakar supaya menjadi imam shalat Subuh. Aku sedang sakit, tidak mampu bangun.” Mendengar jawaban itu Bilal menangis. Dengan langkah terburu-buru tetapi lunglai, ia bergegas kembali ke masjid. Disampaikannya pesan rasulullah SAW kepada Abubakar.<br />
<span style="font-size: small;">Begitu melihat mihrab kosong, Abubakar menangis. </span>Di mihrab itulah Rasulullah SAW selalu memimpin sholat, mengumandangkan ayat-ayat Al-Quran dengan suara yang nyaring dan fasih. Pribadinya agung, parasnya berwibawa. Kini mihrab itu kosong. Abubakar menangis juga seluruh sahabat, sehingga suasana subuh itu menjadi murung. Sampai siang, para sahabat berkumpul di masjid menanti berita dari kediaman Rasulullah SAW.<br />
<span style="font-size: small;">Ternyata, Rasululah SAW minta dipapah untuk </span>menuju masjid. Dengan langkah terseok-seok, Nabi keluar rumah dipapah kedua sahabat itu. Tiba di masjid, Nabi shalat sunnah dua rakaat lalu menuju mimbar. Kakinya terasa berat ketika mendaki tangga. Tubuhnya tampak lemah, tangannya bertelekan. Tak lama kemudian beliau menyampaikan khutbah singkat, namun isinya meresap dan menggetarkan hati. Para sahabat bercucuran air mata….. “Wahai kaum muslimin, kita hidup di bawah kekuasaan Allah dan kasih sayang-Nya. Maka bertaqwalah kepada-Nya dan taatilah perintah- perintah-Nya”. Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW berwasiat, “Wahai segenap umat manusia, api neraka sudah dinyalakan, fitnah-fitnah telah datang seperti datangnya malam yang gelap. Demi Allah, kamu tidak akan berpegang kepadaku dengan suatu apa pun. Sesungguhnya aku tidak pernah menghalalkan sesuatu melainkan apa yang dihalalkan oleh Al-Quran, dan tidak pula mengharamkan sesuatu melainkan apa yang diharamkan oleh Al-Quran”.<br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">Dipapah Pulang</span><br />
<span style="font-size: small;">Abubakar tersedu sedan sementara Umar bin </span>Khattab menahan napas dan tangis hingga dadanya naik-turun. Sedangkan Utsman bin Affan menghela napas panjang, dan Ali bin Abi Thalib menundukkan kepala dalam-dalam. Dalam hati semua sahabat berkata, “Rasulullah akan meninggalkan kita.”<br />
<span style="font-size: small;">Lelaki agung itu hampir selesai menunaikan </span>tugasnya. Tanda-tanda itu semakin nyata, sehingga dengan tangkas Ali dan Fadhal segera tampil membantu Rasulullah turun dari mimbar. Sangat pelan karena lemah. Segera setelah itu beliau dipapah untuk kembali pulang ke rumah kediaman. Sejak itu beliau tak mampu lagi bangkit dari tempat tidur. Kondisi beliau semakin gawat, sampai-sampai kain pengikat beliau pun terasa panas.<br />
Panas yang sangat tinggi menyebabkan beliau sering tak sadarkan diri. Melihat kondisi ayahandanya, Sayyidah Fathimah RA terus menangis, “Ya Allah, alangkah berat penderitaan ayahku. Alangkah beratnya, ya Allah….” Mendengar tangis putri kesayangannya itu, Rasulullah SAW sempat bersabda, “Bersabarlah anakku sayang. Tidak ada lagi penderitaan ayahmu sesudah hari ini…” Nabi SAW berusaha menghibur putrinya agar tidak bersedih hati.<br />
<span style="font-size: small;">Namun sabda </span>Beliau itu juga merupakan pertanda bahwa tinggal pada hari itu beliau merasakan penderitaan. Dan setelah itu, meninggalkan keluarga dan segenap kaum muslimin. Tepat pada waktu dhuha, datanglah Malaikat Izrail yang diutus oleh Allah Ta'ala untuk menjemput Rasul SAW. Perintah Allah Ta'ala kepada Izrail, “Masuklah kalau diizinkan olehnya. Kalau tidak, kembalilah engkau kemari. Berangkatlah dan muncullah di hadapannya dalam wujud seorang lelaki yang sopan dan rapi. “Maka muncullah Malaikat Izrail sebagai seorang lelaki berpakaian putih-putih dengan aroma yang harum mewangi.<br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">“Assalamualaikum, wahai penghuni rumah </span>kenabian….”<br />
<span style="font-size: small;">“Wa’alaikumussalam. Maaf Rasulullah sedang payah. Datanglah lain </span>kali,” jawab Sayyidah Fathimah RA.<br />
<span style="font-size: small;">“Assalamu'alaika, ya Rasulullah. Salam sejahtera </span>untukmu selamanya. Bolehkah saya masuk?” ujar Izrail lagi.<br />
<span style="font-size: small;">Mendengar salam khusus itu, Nabi membuka mata </span>beliau lalu bertanya kepada Fathimah, “Anakku, ada tamu ya? Siapa yang berada di pintu, hai Fathimah?”<br />
<span style="font-size: small;">“Seorang laki-laki yang bersih sopan, rapi, dan </span>wangi. Ia memanggil-manggil ayah dan minta izin untuk masuk. Saya bilang, Ayah sedang payah. Saya minta dia dia untuk kembali lain kali.”<br />
<span style="font-size: small;">Tiba-tiba Nabi SAW memandangi putri tercintanya itu dengan tatapan </span>yang menembus jauh, dengan cahaya pekat yang mengabut.<br />
<span style="font-size: small;">Sayyidah Fathimah RA menggigil karena hatinya </span>tergetar “Izinkan tamu itu masuk, Fathimah. Tahukah engkau siapa dia, anakku?” sabda Rasulullah SAW. “Tidak”<br />
<span style="font-size: small;">“Dialah penjemput kenikmatan, pemutus nahsu </span>syahwat, dan pemisah pertemuan. Dia adalah malakul maut.”<br />
<span style="font-size: small;">Sayyidah Fathimah RA kaget, “Ayahanda, jadi mulai </span>hari ini aku tidak akan lagi mendengar suaramu dan memandangi wajah jernihmu?” Sayyidah Fathimah menangis.<br />
<span style="font-size: small;">Jangan bersedih dan menangis, jantung hatiku. </span>Engkau adalah keluargaku yang mula-mula akan bersamaku di hari kiamat,” sabda Rasul SAW<br />
<span style="font-size: small;">Mendengar itu, barulah Sayyidah Fathimah RA lega. “Engkau datang untuk </span>berziarah atau untuk mencabut nyawaku?” Tanya Nabi.<br />
<span style="font-size: small;">“Aku datang untuk berziarah, juga menjemput Tuan </span>jika Tuan mengizinkan. Tetapi kalau tidak aku akan kembali.”<br />
<span style="font-size: small;">“Engkau datang sendirian? Dimana engkau tinggalkan Jibril?” Tanya Nabi </span>sambil tersenyum.<br />
<span style="font-size: small;">“Aku tinggalkan dia di langit kedua bersama para </span>malaikat lainnya.”<br />
<span style="font-size: small;">“Panggil dia kemari.” </span>Jibril Tergagap Maka Malaikat JIbril pun turun ke bumi, menuju rumah kediaman Rasul, lalu duduk disebelah kepala Rasulullah SAW. Beberapa saat Nabi memandangi Jibril, lalu dengan sayu beliau bersabda, “Jibril, mengapa berlambat- lambat? Tidakkah engkau tahu saat yang dijanjikan<br />
<span style="font-size: small;">itu hampir tiba?”</span><br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">“Beri tahu aku bagaimana hakku di hadapan Allah </span>nanti.” sabda Nabi lagi. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat berbaris berlapis-lapis menunggu kehadiran ruh Tuan, seluruh gerbang surga terbuka sebagai persemayaman Tuan.” Namun wajah Nabi tetap suram dan gelisah. Lalu sabdanya lagi, “Jibril, bukan berita itu yang kuinginkan. Beritahu aku, bagaimana umatku besok di hari kiamat.<br />
” Maka dengan tenang Jibril menjawab, “Ya Rasulullah, Allah Ta'ala berfirman, „Aku haramkan surga<br />
<span style="font-size: small;">dimasuki oleh para nabi sampai engkau, Muhammad, </span>masuk terlebih dahulu. Dan aku haramkan umat para nabi masuk ke dalamnya sampai umatmu, Muhammad, masuk terlebih dahulu.” Mendengar jawaban itu, barulah wajah Nabi berseri- seri.<br />
“Alhamdulillah. Kalau begitu hatiku tenang, wahai Jibril.” Beliau merasa tenteram, karena kaum muslimin mendapat hak dan tempat istimewa di hadapan Allah SWT. Bibir beliau yang sudah memucat itu menyunggingkan senyum. Senyum istimewa itu juga beliau tujukan kepada Malaikat Izrail ketika beliau mempersilakan sang Pencabut Nyawa itu melaksanakan tugasnya. Pada waktu yang bersamaan suasana gundah gulana menggantung berat di ruangan sempit itu.<br />
<span style="font-size: small;">Angin kota Madinah yang meniupkan hawa dingin </span>tapi kering tambah dalam menusuk tulang. Sejengkal demi sejengkal matahari pun semakin meninggi ketika Malaikat Izrail berancang-ancang untuk mencabut nyawa Rasulullah SAW. Penderitaan Nabi SAW semakin menghebat ketika nyawa beliau, yang dicabut oleh Izrail dengan sangat pelan dan lembut, sampai di pusat. Dahi dan sekujur wajah beliau bersimbah peluh. Urat-urat diwajah beliau menegang dari detik ke detik.<br />
Sambil menggigit bibir, Nabi SAW berpaling ke arah malaikat Jibril. Mata Rasulullah SAW pun basah, cahayanya pun semakin meredup. “Ya Jibril, betapa sakitnya!<br />
<span style="font-size: small;">Oh, alangkah dahsyatnya derita sakaratul maut ini.”</span><br />
<span style="font-size: small;">Sayyidah Fathimah RA memejamkan mata, sementara </span>Ali bin Abi Thalib, yang berada disamping Rasulullah SAW, menundukkan kepala, sedangkan Malaikat Jibril memalingkan muka. “Ya Jibril, mengapa engkau berpaling?<br />
Apakah engkau benci melihat wajahku?” tanya Rasul SAW.<br />
<span style="font-size: small;">“Sama sekali tidak, ya Rasulullah. Siapakah yang tega </span>menyaksikan Kekasih Allah dalam kedaaan seperti ini? Siapakah yang sampai hati melihat Tuan kesakitan?” jawab Jibril terbata-bata...<br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">Rasa sakit itu kian memuncak. Sekujur tubuh Nabi </span>menggigil. Wajah beliau semakin memucat, urat- uratnya menegang. Dalam keadaan sakit tak tertahankan itu beliau berdoa,<br />
“Ya Allah, alangkah sakitnya! Ya Allah, timpakanlah sakitnya maut ini hanya kepadaku, jangan kepada umatku.” Ushikum Bishshalati.., Mendengar sabda Rasul itu, Jibril tersentak. Betapa agung pribadi Rasulullah SAW. Dalam detik-detik paling gawat dan menyiksa, bukan kepentingan sendiri yang dimohonkan, melainkan kepentingan umatnya. Andai beliau mohon agar rasa sakit itu dicabut, pasti Allah SWT mengabulkannya.<br />
Namun beliau lebih memilih sebagai tumbal agar derita itu tidak menimpa umatnya. Ketika Jibril menyadari keadaan di sekelilingnya, Izrail sudah dengan sangat santun menarik nyawa Nabi SAW sampai di dada. Maka napas beliau pun mulai menyesak. Rasa sakit semakin menghebat.<br />
Ketika itulah, lelaki agung itu menengok ke arah sahabat-sahabatnya, lalu bersabda dengan suara lirih dan pandangan sayu, “Ushikum bishshalati wa ma malakat aimanakum (Aku wasiatkan kepada kalian untuk mendirikan sholat, dan aku wasiatkan kepada kalian orang-orang yang menjadi tanggungan kalian).” Sejenak kemudian, kondisi Rasulullah SAW bertambah kritis. Para sahabat saling berpelukan lantaran tak kuat menahan pilu. Dan ketika itulah tubuh Nabi SAW mulai dingin. Hampir seluruh bagian tubuh beliau tidak bergerak-gerak lagi. Mata beliau pun berkaca-kaca dan menatap lurus ke langit-langit hanya sedikit terbuka.<br />
<br />
Menjelang akhir hayat beliau, Ali bin Abi Thalib melihat Nabi SAW dua kali menggerak-gerakkan bibir beliau yang sudah membiru. Maka Ali pun cepat-cepat mendekatkan telinganya ke bibir Nabi.<br />
<span style="font-size: small;">Ia mendengar Nabi SAW memanggil-manggil, </span>“Ummati, ummati…. (Umatku, umatku…).” Dengan memanggil-manggil umatnya inilah, Rasul Akhir zaman itu wafat di pangkuan istri tercinta, Sayyidah<br />
<span style="font-size: small;">Aisyah RA, pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal 11 H, </span>bertepatan dengan tanggal 3 Juni 632 Masehi, dalam<br />
<span style="font-size: small;">usia 63 tahun. Maka meledaklah tangis para sahabat. Sang kekasih </span>Allah telah wafat, membawa cinta yang agung, cinta kepada umat, hingga akhir hayat. Bahkan dibawanya sampai Padang Mahsyar. Ketika nyawa sudah sampai tenggorokan. Pemimpin Besar dan Pencipta Peradaban itu bukan mengkhawatirkan keluarganya, melainkan memprihatinkan umatnya. “Ummati, ummati….”<br />
<span style="font-size: small;">Sesaat sebelum wafat, sebagaimana tercatat dalam </span>Shahih Bukhari, Rasulullah SAW masih sempat berwasiat dan menghibur umatnya. Beliau bersabda, “Wahai umatku, kalian akan melihat hari yang tidak kalian sukai, yaitu perpecahan dan fitnah dari berbagai musibah yang akan datang.<br />
<span style="font-size: small;">Akan tetapi hendaklah kalian bersabar sampai </span>berjumpa denganku di Telaga Haudh kelak…” Sementara itu, dari sumber kitab Shahih Bukhari diriwayatkan, pada Senin subuh itu Nabi SAW merasa kondisinya mulai membaik. Maka ketika mendengar adzan, beliau memutuskan untuk pergi ke masjid sekalipun kondisinya masih lemah.<br />
Ketika beliau masuk masjid, shalat sudah dimulai. Para sahabat pun menjerit, mengucapkan, “Sub-hanallah, sub- hanallah”, pertanda gembira dan bersyukur menyaksikan kondisi kesehatan junjungan mereka yang mulai membaik.<br />
<span style="font-size: small;">Begitu melihat Nabi datang, para sahabat hampir </span>membatalkan shalat. Namun, beliau memberi isyarat agar mereka meneruskannya. Abubakar Mundur Sejenak beliau berdiri menatap mereka dengan bahagia. Wajahnya berseri-seri menyaksikan ketaatan umatnya. Sampai-sampai Annas bin Malik berkata, “Belum pernah aku melihat pandangan yang lebih menakjubkan dari wajah Nabi SAW (ketika itu).” Kemudian beliau tersenyum. Abubakar Ash-Shiddiq, yang menjadi imam shalat, menyadari apa yang terjadi dibelakangnya.<br />
Yakni, pasti Rasulullah SAW ada di masjid. Maka tanpa menoleh, ia pun mundur. Tetapi, Nabi segera memegang pundaknya dan mendorongnya maju agar terus sebagai imam, sementara Nabi SAW shalat di sebelah kanan Abubakar dalam posisi duduk. Usai shalat, Nabi kembali ke rumah Sayyidah Aisyah RA dipapah oleh Fadlal dan Tsawban, sementara Ali dan Abbas mengikuti dari belakang. Sampai di rumah, Nabi SAW kembali ke tempat tidur, berbaring di pangkuan istri tercintanya itu. Dan ternyata, shalat subuh tadi adalah yang terakhir kali Nabi SAW shalat berjamaah dengan para sahabatnya.<br />
Ketika itulah segenap kekuatan Nabi SAW melemah. Saat Abdurrahman bin Abubakar masuk ke dalam kamar sambil membawa siwak (sikat gigi dari kayu arak), Sayyidah Aisyah RA melihat Nabi SAW sepertinya menginginkannya. Maka ia pun meminta siwak itu, membersihkannya, lalu memberikannya kepada ayahanda tercinta. Lalu beliau pun membersihkan gigi dengan cekatan, sekalipun kondisinya cukup lemah.<br />
<span style="font-size: small;">Tak lama kemudian kesadaran Rasulullah SAW </span>hilang. Sayyidah Aisyah RA mengira beliau tengah menghadapi sakaratul maut. Tapi, sekitar satu jam kemudian, beliau membuka mata. Sayyidah Aisyah RA teringat Rasulullah SAW pernah bersabda,<br />
"Tidak ada seorang nabi pun yang dicabut nyawanya sebelum ia ditunjukkan tempatnya di surga.” Sayyidah Aisyah RA pun paham, inilah saat sakaratul maut itu. Sejenak kemudian, Nabi SAW bersabda dengan suara bergumam, “Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang shalih. Mereka itulah sahabat yang paling baik.” – QS An-Nisaa (4): 69.<br />
<span style="font-size: small;">Setelah itu, beliau kembali bergumam, “Ya Allah, aku memilih bersama Yang </span>Mahamulia.” Setelah itu, kepala Nabi SAW berangsur-angsur terasa bertambah berat di pangkuan Sayyidah Aisyah RA, sehingga para istri yang lain menangis. Sayyidah Aisyah RA lalu membaringkan kepala beliau di bantal, kemudian menangis bersama istri Nabi SAW yang lain. Dalam Shahih Bukhari dikisahkan, begitu mendengar Rasulullah SAW wafat, Abubakar Shiddiq berlari menuju rumah kediaman Sayyidah Aisyah RA. Namun jasad Nabi SAW telah membujur kaku.<br />
Ketika menyingkap kain yang menutup tubuh Nabi SAW, ia menangis sambil memeluk wajah Sang Rasul. Saat memandikan jenazah Rasulullah, Ali bin Abi Thalib berkata, “Wahai Rasulullah, ketika hidup, Tuan semerbak mewangi. Ketika wafat pun, tubuh Tuan tetap wangi ya rasulullah....<br />
<br />
<br />
sumber : petikan ceramah Maulid Habib Mundzir<br />
Almusawa...</div>
Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-55322757563848681602012-08-04T08:48:00.001-07:002012-08-04T08:52:06.239-07:00keteladanan Khalifah Umar bin Khatab yg patut dicontoh untuk pemimpin negeri...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Betapa rindunya kita pada sosok pemimpin umat dimasa depan seperti Khalifah Umar Bin Khatab,<br />
Beliau terkenal sangat garang, namun di balik itu semua tersimpan kelembutan hati, kearifan dan kebijaksanaan.<br />
Semoga jika kelak Khilafah Rhasyidah 2 bisa tegak kembali mudah-mudahan masih ada sosok Khalifah yg mengambil tauladan dari beliau meski tak ada yang dapat menandingi kedudukan beliau...<br />
Aamiin ya Allah...<span id="more-12256"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-4vtgMXxtVKg/UB1BPK7tGsI/AAAAAAAABFw/EFlmNmGTwvs/s1600/omar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="139" src="http://4.bp.blogspot.com/-4vtgMXxtVKg/UB1BPK7tGsI/AAAAAAAABFw/EFlmNmGTwvs/s320/omar.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
APA JADINYA, JIKA PRESIDEN INDONESIA UMAR BIN KHATTAB <br />
Sebagai seorang khalifah pengganti Abu bakar pada tahun 634 H kekuasaan islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).<br />
Keberhasilan Umar bin Khattab dalam menaklukan imperium besar (Persia dan Romawi) tidak lepas dari sosoknya yang tegas, dan sangat bersahaja.<br />
Berikut kami kisahkan beberapa contoh teladan dari Umar bin khattab.<br />
<br />
HURMUZAN dan UMAR BIN KHATTAB<br />
Dengan ditemani Anas Bin Malik, Hurmuzan datang dengan kebesaran dan kemegahannya. Dengan diikuti pemuka-pemuka terkenal dan seluruh anggota keluarganya, Hurmuzan memasuki Madinah dengan menampilkan keagungan dan kemuliaan seorang raja. Perhiasan yang bertatah permata melekat di dahi. Sementara mantel sutra yang mewah menutupi pundaknya.Sementara itu sebilah pedang bengkok dengan hiasan batu-batu mulia menggantung disabuknya. Ia bertanya-tanya dimana Amirul Mu’minin bertempat tinggal. Ia membayangkan bahwa Umar bin Khattab yang kemasyhurannya tersebar keseluruh dunia pasti tinggal di Istana yang sangat megah.<br />
Sampai di Madinah mereka langsung menuju tempat kediaman Umar. Tetapi mereka diberitahu bahwa Umar sudah pergi ke Masjid sedang menerima delegasi dari Kufah. Mereka pun bergegas ke Masjid. Tetapi tidak juga bertemu Umar. Melihat rombongan itu, anak-anak di Madinah mengerti maksud kedatangan mereka. Lalu diberitahukan bahwa Amirul Mu’minin sedang tidur di beranda kanan masjid dengan menggunakan mantelnya sebagai bantal seorang diri. Betapa terkejutnya Hurmuzan, ketika ditunjukan bahwa Umar adalah lelaki yang berpakaian seadanya yang tidur di Masjid itu. Hurmuzan beserta rombongannya nyaris tak percaya, tetapi memang itulah kenyataannya.<br />
Sambil berdecak kagum Hurmuzan mengatakan, “Engkau, wahai Umar, telah memerintah dengan adil, lalu engkau aman dan engkau pun bisa tidur dengan nyaman”.<br />
<br />
TUNJANGAN UNTUK UMAR BIN KHATTAB<br />
Tatkala ‘Umar ibn al-Khaththâb r.a. diangkat menjadi Khalifah, ditetapkanlah baginya tunjangan sebagaimana yang pernah diberikan kepada Khalifah sebelumnya, yaitu Abû Bakar r.a. Pada suatu saat, harga-harga barang di pasar mulai merangkak naik. Tokoh-tokoh Muhajirin seperti ‘Utsmân, ‘Alî, Thalhah, dan Zubair berkumpul serta menyepakati sesuatu. Di antara mereka ada yang berkata, “Alangkah baiknya jika kita mengusulkan kepada ‘Umar agar tunjangan hidup untuk beliau dinaikkan.Jika ‘Umar menerima usulan ini, kami akan menaikkan tunjangan hidup beliau.”‘<br />
Alî kemudian berkata, “Alangkah bagusnya jika usulan seperti ini diberikan pada waktu-waktu yang telah lalu.”Setelah itu, mereka berangkat menuju rumah ‘Umar. Namun, Utsmân menyela seraya berkata, “Sebaiknya usulan kita ini jangan langsung disampaikan kepada ‘Umar. Lebih baik kita memberi isyarat lebih dulu melalui puteri beliau, Hafshah. Sebab, saya khawatir, ‘Umar akan murka kepada kita.”Mereka lantas menyampaikan usulan tersebut kepada Hafshah seraya memintanya untuk bertanya kepada ‘Umar, yakni tentang bagaimana pendapatnya jika ada seseorang yang mengajukan usulan mengenai penambahan tunjangan bagi Khalifah ‘Umar.“Apabila beliau menyetujuinya, barulah kami akan menemuinya untuk menyampaikan usulan tersebut. Kami meminta kepadamu untuk tidak menyebutkan nama seorang pun di antara kami,” demikian kata mereka.Ketika Hafshah menanyakan hal itu kepada ‘Umar, beliau murka seraya berkata, “Siapa yang mengajari engkau untuk menanyakan usulan ini?”Hafshah menjawab, “Saya tidak akan memberitahukan nama mereka sebelum Ayah memberitahukan pendapat Ayah tentang usulan itu.<br />
Umar kemudian berkata lagi, “Demi Allah, andaikata aku tahu siapa orang yang mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan memukul wajah orang itu.”Setelah itu, ‘Umar balik bertanya kepada Hafshah, istri Nabi saw., “Demi Allah, ketika Rasulullah saw. masih hidup, bagaimanakah pakaian yang dimiliki oleh beliau di rumahnya?”Hafshah menjawab, “Di rumahnya, beliau hanya mempunyai dua pakaian. Satu dipakai untuk menghadapi para tamu dan satu lagi untuk dipakai sehari-hari.”‘Umar bertanya lagi, “Bagaimana makanan yang dimiliki oleh Rasulullah?”Hafshah menjawab, “Beliau selalu makan dengan roti yang kasar dan minyak samin.”‘Umar kembali bertanya, “Adakah Rasulullah mempunyai kasur di rumahnya?”Hafshah menjawab lagi, “Tidak, beliau hanya mempunyai selimut tebal yang dipakai untuk alas tidur di musim panas. Jika musim dingin tiba, separuhnya kami selimutkan di tubuh, separuhnya lagi digunakan sebagai alastidur.”‘Umar kemudian melanjutkan perkataannya, “Hafshah, katakanlah kepada mereka, bahwa Rasulullah saw.<br />
selalu hidup sederhana. Kelebihan hartanya selalu beliau bagikan kepada mereka yang berhak. Oleh karena itu, aku punakan mengikuti jejak beliau. Perumpamaanku dengan sahabatku—yaitu Rasulullah dan Abû Bakar—adalah ibarat tiga orang yang sedang berjalan. Salah seorang di antara ketiganya telah sampai di tempat tujuan, sedangkanyang kedua menyusul di belakangnya. Setelah keduanya sampai, yang ketiga pun mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan bekal kedua kawannya yangterdahulu. Jika ia puas dengan bekal yang ditinggalkan kedua kawannya itu, ia akan sampai di tempat tujuannya, bergabung dengan kedua kawannya yang telah tiba lebih dahulu. Namun, jika ia menempuh jalan yang lain, ia tidak akan bertemu dengan kedua kawannya itu di akhirat.”(Sumber: Târîkh ath-Thabarî, jilid I, hlm. 164).<br />
<br />
UMAR r.a DAN RAKYAT YANG KELAPARAN<br />
Suatu malam, Sang Khalifah menemukan sebuah gubuk kecil yang dari dalamnya nyaring terdengar suara tangis anak-anak. Umar mendekat dan memerhatikan dengan seksama keadaan gubuk itu. Ia dapat melihat ada seorang ibu yang dikelilingi anak-anaknya.<br />
Ibu itu kelihatan sedang memasak sesuatu. Tiap kali anak-anaknya menangis, sang Ibu berkata, “Tunggulah! Sebentar lagi makanannya akan matang.”<br />
Selagi Umar memerhatikan di luar, sang ibu terus menenangkan anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan sebentar lagi akan matang.<br />
Umar menjadi penasaran. Setelah memberi salam dan meminta izin, dia memasuki gubuk itu dan bertanya kepada sang ibu, “Mengapa anak-anak Ibu tak berhenti menangis?”<br />
“Itu karena mereka sangat lapar,” jawab si ibu.<br />
“Mengapa tidak ibu berikan makanan yang sedang Ibu masak sedari tadi itu?”<br />
“Tidak ada makanan. Periuk yang sedari tadi saya masak hanya berisi batu untuk mendiamkan anak-anak. Biarlah mereka berpikir bahwa periuk itu berisi makanan. Mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur.”<br />
“Apakah Ibu sering berbuat begini?” tanya Umar ingin tahu.<br />
“Ya. Saya sudah tidak memiliki keluarga ataupun suami tempat saya bergantung. Saya sebatang kara,” jawab si ibu datar, berusaha menyembunyikan kepedihan hidupnya.<br />
“Mengapa Ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah? Sehingga beliau dapat menolong Ibu beserta anak-anak Ibu dengan memberikan uang dari Baitul Mal? Itu akan sangat membantu kehidupan ibu dan anak-anak,” nasihat Umar.<br />
“Khalifah telah berbuat zalim kepada saya,” jawab si ibu.<br />
“Bagaimana Khalifah bisa berbuat zalim kepada ibu?” sang Khalifah ingin tahu.<br />
“Saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya dalam kehidupan nyata. Siapa tahu, ada banyak orang yang senasib dengan saya.”<br />
Umar berdiri dan berkata, “Tunggu sebentar, Bu. Saya akan segera kembali!”<br />
Pada malam yang telah larut itu, Umar segera bergegas ke Madinah, menuju Baitul Mal. Ia segera mengangkat sekarung gandum yang besar di pundaknya. Abbas, sahabatnya membantu membawa minyak samin untuk memasak.<br />
Maka, ketika Khalifah menyerahkan sekarung gandum yang besar kepada si ibu beserta anak-anaknya yang miskin, bukan main gembiranya mereka menerima bahan makanan dari lelaki yang tidak dikenal ini.<br />
Umar berpesan agar ibu itu datang menemui Khalifah keesokan harinya untuk mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal.<br />
Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya pergi untuk menemui Khalifah. Dan betapa sangat terkejutnya si ibu begitu menyaksikan bahwa lelaki yang telah menolongnya tadi malam adalah Khalifahnya sendiri, Khalifah Umar bin Khattab.<br />
Segera saja si ibu minta maaf atas kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya zalim terhadapnya. Namun Sang Khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah.<br />
<br />
MENGGALI PARIT SEORANG DIRI<br />
Umar bin Khattab tidak saja di kenal sebagai khalifah yang berwibawa, tapi juga sederhana dan merakyat. Untuk mengetahui keadaan rakyatnya, Umar tak segan-segan menyamar jadi rakyat biasa.<br />
Ia sering berjalan-jalan ke pelosok desa seorang diri. Pada saat seperti itu tak seorang pun mengenalinya bahwa ia sesungguhnya kepala pemerintahan. Kalau ia menjumpai rakyatnya sedang kesusahan, ia pun segera memberi bantuan.<br />
Umar sadar, apa yang ada di tangannya saat itu bukanlah miliknya melainkan milik rakyat. Untuk itu Umar melarang keras anggota keluarganya berfoya-foya. Ia selalu berhemat dalam menggunakan keperluannya sehari-hari. Karena hematnya, untuk menggunakan lampu saja keluarga amirulmukminin ini amat berhati-hati. Lampu minyak itu baru dinyalakan bila ada pembicaraan penting. Jika tidak, lebih baik tidak pakai lampu.<br />
“Anak-anakku, lebih baik kita bicara dalam gelap. Sebab, minyak yang digunakan untuk menyalakan lampu ini milik rakyat!” sahut khalifah ketika anaknya ingin bicara di tengah malam.<br />
Dalam hidupnya, Umar senantiasa memegang teguh amanat yang diembankan rakyat di pundaknya. Pribadi Umar yang begitu mulia terdengar dimana-mana. Seluruh rakyat sangat menghormatinya. Rupanya, cerita tentang keagungan Khalifah Umar ini terdengar pula oleh seorang raja negara tetangga. Raja tertarik dan ingin sekali bertemu dengan Umar.<br />
Maka pada suatu hari dipersiapkanlah tentara kerajaan untuk mengawalnya berkunjung ke pemerintahan Umar. Ketika raja itu sampai di gerbang kota Madinah, dilihatnya seorang lelaki sedang sibuk menggali parit dan membersihkan got di pinggir jalan. Lalu, di panggilnya laki-laki itu.<br />
“Wahai saudaraku!” seru raja sambil duduk di atas pelana kuda kebesarannya.<br />
“Bisakah kau menunjukkan di mana letak istana dan singgasana Umar?” tanyanya kemudian. Lelaki itu segera menghentikan pekerjaannya. Lalu, ia memberi hormat.<br />
“Wahai Tuan, Umar manakah yang Tuan maksudkan?” si penggali parit balik bertanya.” Umar bin Khattab kepala pemerintahan kerajaan Islam yang terkenal bijaksana dan gagah berani,” kata raja. Lelaki penggali parit itu tersenyum. “Tuan salah terka. Umar bin Khattab kepala pemerintahan Islam sebenarnya tidak punya istana dan singgasana seperti yang tuan duga. Ia orang biasa seperti saya,” terang si penggali parit,”.<br />
“Ah benarkah? Mana mungkin kepala pemerintahan Islam yang terkenal agung seantero negeri itu tak punya istana?” raja itu mengerutkan dahinya.<br />
“Tuan tidak percaya? Baiklah, ikuti saya,” sahut penggali parit itu.<br />
Lalu diajaknya rombongan raja itu menuju “istana” Umar. Setelah berjalan menelusuri lorong-lorong kampung, pasar, dan kota, akhirnya mereka tiba di depan sebuah rumah sederhana. Diajaknya tamu kerajaan itu masuk dan dipersilakannya duduk. Penggali parit itu pergi ke belakang dan ganti pakaian. Setelah itu ditemuinya tamu kerajaan itu. “Sekarang antarkanlah kami ke kerajaan Umar!”kata raja itu tak sabar.<br />
Penggali parit tersenyum. “Tuan raja, tadi sudah saya katakan bahwa Umar bin Khattab tidak mempunyai kerajaan. Bila tuan masih juga bertanya di mana letak kerajaan Umar itu, maka saat ini juga tuan-tuan sedang berada di dalam istana Umar!”<br />
Hah?!” Raja dan para pengawalnya terbelalak. Tentu saja mereka terkejut. Sebab, rumah yang di masukinya itu tidak menggambarkan sedikitpun sebagai pusat kerajaan. Meski rumah itu tampak bersih dan tersusun rapi, namun sangat sederhana.<br />
Rupanya raja tak mau percaya begitu saja. Ia pun mengeluarkan pedangnya. Lalu berdiri sambil mengacungkan pedangnya.<br />
“Jangan coba-coba menipuku! Pedang ini bisa memotong lehermu dalam sekejap!” ancamnya melotot.<br />
Penggali parit itu tetap tersenyum. Lalu dengan tenangnya, ia pun berdiri.” Di sini tidak ada rakyat yang berani berbohong. Bila ada, maka belum bicara pun pedang telah menebas lehernya. Letakkanlah pedang Tuan. Tak pantas kita bertengkar di istana Umar,” kata penggali parit. Dengan tenang ia memegang pedang raja dan memasukkannya kembali pada sarungnya.<br />
Raja terkesima melihat keberanian dan ketenangan si penggali parit. Antara percaya dan tidak, dipandanginya wajah penggali parit itu. Lantas, ia menebarkan kembali pandangannya menyaksikan “istana” Umar itu. Muncullah pelayan-pelayan dan pengawal-pengawal untuk menjamu mereka dengan upacara kebesaran. Namun, raja itu belum juga percaya.<br />
“Benarkah ini istana Umar?”tanyanya pada pelayan-pelayan.<br />
“Betul, Tuanku, inilah istana Umar bin Khattab,” jawab salah seorang pelayan.<br />
“Baiklah,” katanya. Raja memang harus mempercayai ucapan pelayan itu.<br />
“Tapi, dimanakah Umar? Tunjukkan padaku, aku ingin sekali bertemu dengannya dan bersalaman dengannya!” ujar sang raja.<br />
Dengan sopan pelayan itu pun menunjuk ke arah lelaki penggali parit yang duduk di hadapan raja.” Yang duduk di hadapan Tuan adalah Khalifah Umar bin Khattab” sahut pelayan itu.<br />
“Hah?!” Raja kini benar-benar tercengang. Begitu pula para pengawalnya.<br />
“Jad…jadi, anda Khalifah Umar itu…?” tanya raja dengan tergagap.<br />
Si penggali parit mengangguk sambil tersenyum ramah.<br />
“Sejak kita pertemu pertama kali di pintu gerbang kota Madinah, sebenarnya Tuan sudah berhadapan dengan Umar bin Khattab!” ujarnya dengan tenang.<br />
Kemudian raja itu pun langsung menubruk Umar dan memeluknya erat sekali. Ia sangat terharu bahkan menangis melihat kesederhanaan Umar. Ia tak menyangka, Khalifah yang namanya disegani di seluruh negeri itu, ternyata rela menggali parit seorang diri di pinggir kota.<br />
Sejak itu, raja selalu mengirim rakyatnya ke kota Madinah untuk mempelajari agama Islam.<br />
<br />
MAKANAN ENAK UNTUK KHALIFAH<br />
Kisah Umar bin Khattab bisa menjadi cermin bagi kita. Ketika Utbah bin Farqad, Gubernur Azerbaijan, di masa pemerintahan Umar bin Khattab disuguhi makanan oleh rakyatnya. Kebiasaan yang lazim kala itu. Dengan senang hati gubernur menerimanya seraya bertanya “Apa nama makanan ini?”. “Namanya Habish, terbuat dari minyak samin dan kurma”, jawab salah seorang dari mereka.<br />
Sang Gubernur segera mencicipi makanan itu. Sejenak kemudian bibirnya menyunggingkan senyum. “Subhanallah” Betapa manis dan enak makanan ini. Tentu kalau makanan ini kita kirim kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab di Madinah dia akan senang, ujar Utbah.<br />
Kemudian ia memerintahkan rakyatnya untuk membuat makanan dengan kadar yang diupayakan lebih enak. Setelah makanan tersedia, sang gubenur memerintahkan anak buahnya untuk berangkat ke madinah dan membawa habish untuk Khaliofah Umar bin Khattab. Sang khalifahsegera membuka dan mencicipinya. “Makanan Apan ini?” tanya Umar.<br />
“Makanan ini namanya Habish. Makanan paling lezat di Azerbaijan,” jawab salah seorang utusan.<br />
“Apakah seluruh rakyat Azerbaijan bia menikmati makanan ini?’, tanya Umar lagi.<br />
“Tidak. tidak semua bisa menikmatinya”, jawab utusan itu gugup<br />
Wajah Khalifah langsung memerah pertanda marah. Ia segera memrintahkan kedua utusan itu untuk membawa kembali habish ke negrinya. Kepada Gubernurnya ia menulis surat “………makanan semanis dan seselezat ini bukan dibuat dari uang ayah dan ibumu. Kenyangkan perut rakyatmu dengan makanan ini sebelum engkau mengenyangkan perutmu”<br />
<br />
UMAR r.a DIMATA PEMIMPIN NASRANI<br />
Berita kedatangan bala bantuan kepada pasukan Muslim yang tengah mengepung kota membuat pasukan dan warga Kristen dan Yahudi yang berdiam di dalam kota menjadi ciut. Mengingat kedudukan Yerusalem sebagai kota suci, sebenarnya pasukan Muslim enggan menumpahkan darah di kota itu. Sementara kaum Kristen yang mempertahankan kota itu juga sadar mereka tidak akan mampu menahan kekuatan pasukan Muslim. Menyadari memperpanjang perlawanan hanya akan menambah penderitaan yang sia-sia bagi penduduk Yerusalem, maka Patriarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius mengajukan perjanjian damai. Permintaan itu disambut baik Panglima Amru bin Ash, sehingga Yerusalem direbut dengan damai tanpa pertumpahan darah setetespun.<br />
Walaupun demikian, Uskup Agung Sophronius menyatakan kota suci itu hanya akan diserahkan ke tangan seorang tokoh yang terbaik di antara kaum Muslimin, yakni Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu. Sophronius menghendaki agar Amirul Mukminin tersebut datang ke Yerusalem secara pribadi untuk menerima penyerahan kunci kota suci tersebuit. Biasanya, hal ini akan segera ditolak oleh pasukan yang menang. Namun tidak demikian yang dilakukan oleh pasukan Muslim. Bisa jadi, warga Kristen masih trauma dengan dengan peristiwa direbutnya kota Yerusalem oleh tentara Persia dua dasawarsa sebelumnya di mana pasukan Persia itu melakukan perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan juga penajisan tempat-tempat suci. Walau orang-orang Kristen telah mendengar bahwa perilaku pasukan kaum Muslimin ini sungguh-sungguh berbeda, namun kecemasan akan kejadian dua dasawarsa dahulu masih membekas dengan kuat. Sebab itu mereka ingin jaminan yang lebih kuat dari Amirul Mukminin.<br />
Panglima Abu Ubaidah memahami psikologis penduduk Yerusalem tersebut. Ia segera meneruskan permintaan tersebut kepada Khalifah Umar r.a. yang berada di Madinah. Khalifah Umar segera menggelar rapat Majelis Syuro untuk mendapatkan nasehatnya. Utsman bin Affan menyatakan bahwa Khalifah tidak perlu memenuhi permintaan itu karena pasukan Romawi Timur yang sudah kalah itu tentu akhirnya juga akan menyerahkan diri. Namun Ali bin Abi Thalib berpandangan lain. Menurut Ali, Yerusalem adalah kota yang sama sucinya bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, dan sehubungan dengan itu, maka akan sangat baik bila penyerahan kota itu diterima sendiri oleh Amirul Mukminin. Kota suci itu adalah kiblat pertama kaum Muslimin, tempat persinggahan perjalanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam pada malam hari ketika beliau ber-isra’ dan dari kota itu pula Rasulullah ber-mi’raj. Kota itu menyaksikan hadirnya para anbiya, seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa. Umar akhirnya menerima pandangan Ali dan segera berangkat ke Yerusalem. Sebelum berangkat, Umar menugaskan Ali untuk menjalankan fungsi dan tugasnya di Madinah selama dirinya tidak ada.<br />
Kepergian Khalifah Umar hanya ditemani seorang pelayan dan seekor unta yang ditungganginya bergantian. Ketika mendekati Desa Jabiah di mana panglima dan para komandan pasukan Muslim telah menantikannya, kebetulan tiba giliran pelayan untuk menunggang unta tersebut. Pelayan itu menolak dan memohon agar khalifah mau menunggang hewan tersebut. Tapi Umar menolak dan mengatakan bahwa saat itu adalah giliran Umar yang harus berjalan kaki. Begitu sampai di Jabiah, masyarakat menyaksikan suatu pemandangan yang amat ganjilyang belum pernah terjadi, ada pelayan duduk di atas unta sedangkan tuannya berjalan kaki menuntun hewan tunggangannya itu dengan mengenakan pakaian dari bahan kasar yang sangat sederhana. Lusuh dan berdebu, karena telah menempuh perjalanan yang amat jauh.<br />
Di Jabiah, Abu Ubaidah menemui Khalifah Umar. Abu Ubaidah sangat bersahaya, mengenakan pakaian dari bahan yang kasar. Khalifah Umar amat suka bertemu dengannya. Namun ketika bertemu dengan Yazid bin Abu Sofyan, Khalid bin Walid, dan para panglima lainnya yang berpakaian dari bahan yang halus dan bagus, Umar tampak kurang senang karena kemewahan amat mudah menggelincirkan orang ke dalam kecintaan pada dunia.<br />
Kepada Umar, Abu Ubaidah melaporkan kondisi Suriah yang telah dibebaskannya itu dari tangan Romawi Timur. Setelah itu, Umar menerima seorang utusan kaum Kristen dari Yerusalem. Di tempat itulah Perjanjian Aelia (istilah lain Yerusalem) dirumuskan dan akhirnya setelah mencapai kata sepakat ditandatangani. Berdasarkan perjanjian Aelia itulah Khalifah Umar r.a. menjamin keamanan nyawa dan harta benda segenap penduduk Yerusalem, juga keselamatan gereja, dan tempat-tempat suci lainnya. Penduduk Yerusalem juga diwajibkan membayar jizyah bagi yang non-Muslim. Barang siapa yang tidak setuju, dipersilakan meninggalkan kota dengan membawa harta-benda mereka dengan damai. Dalam perjanjian itu ada butir yang merupakan pesanan khusus dari pemimpin Kristen yang berisi dilarangnya kaum Yahudi berada di Yerusalem. Ketentuan khusus ini berangsur-angsur dihapuskan begitu Yerusalem berubah dari kota Kristen jadi kota Muslim.<br />
Perjanjian Aeliasecara garis besar berbunyi: “Inilah perdamaian yang diberikan oleh hamba Allah ‘Umar, Amirul Mukminin, kepada rakyat Aelia: dia menjamin keamanan diri, harta benda, gereja-gereja, salib-salib mereka, yang sakit maupun yang sehat, dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh mengganggu gereja mereka baik membongkarnya, mengurangi, maupun menghilangkannya sama sekali, demikian pula tidak boleh memaksa mereka meninggalkan agama mereka, dan tidak boleh mengganggu mereka. Dan tidak boleh bagi penduduk Aelia untuk memberi tempat tinggal kepada orang Yahudi.”<br />
Setelah itu, Umar melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem. Lagi-lagi ia berjalan seperti layaknya seorang musafir biasa. Tidak ada pengawal. Ia menunggang seekor kuda yang biasa, dan menolak menukarnya dengan tunggangan yang lebih pantas.<br />
Di pintu gerbang kota Yerusalem, Khalifah Umar disambut Patriarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius, yang didampingi oleh pembesar gereja, pemuka kota, dan para komandan pasukan Muslim. Para penyambut tamu agung itu berpakaian berkilau-kilauan, sedang Umar hanya mengenakan pakaian dari bahan yang kasar dan murah. Sebelumnya, seorang sahabat telah menyarankannya untuk mengganti dengan pakaian yang pantas, namun Umar berkata bahwa dirinya mendapatkan kekuatan dan statusnya berkat iman Islam, bukan dari pakaian yang dikenakannya. Saat Sophronius melihat kesederhanaan Umar, dia menjadi malu dan mengatakan, “Sesungguhnya Islam mengungguli agama-agama manapun.”<br />
Di depan The Holy Sepulchure (Gereja Makam Suci Yesus), Uskup Sophronius menyerahkan kunci kota Yerusalem kepada Khalifa Umar r.a. Setelah itu Umar menyatakan ingin diantar ke suatu tempat untuk menunaikan shalat. Oleh Sophronius, Umar diantar ke dalam gereja tersebut. Umar menolak kehormatan itu sembari mengatakan bahwa dirinya takut hal itu akan menjadi preseden bagi kaum Muslimin generasi berikutnya untuk mengubah gereja-gereja menjadi masjid. Umar lalu dibawa ke tempat di mana Nabi Daud Alaihissalam konon dipercaya shalat dan Umar pun shalat di sana dan diikuti oleh umat Muslim. Ketika orang-orang Romawi Bizantium menyaksikan hal tersebut, mereka dengan kagum berkata, kaum yang begitu taat kepada Tuhan memang sudah sepantasnya ditakdirkan untuk berkuasa. “Saya tidak pernah menyesali menyerahkan kota suci ini, karena saya telah menyerahkannya kepada ummat yang lebih baik …,” ujar Sophronius.<br />
Umar tinggal beberapa hari di Yerusalem. Ia berkesempatan memberi petunjuk dalam menyusun administrasi pemerintahan dan yang lainnya. Umar juga mendirikan sebuah masjid pada suatu bukit di kota suci itu. Masjid ini sekarang disebut sebagai Masjid Umar. Pada upacara pembangunan masjid itu, Bilal r.a. – bekas budak berkulit hitam yang sangat dihormati Khalifah Umar melebihi dirinya – diminta mengumandangkan adzan pertama di bakal tempat masjid yang akan didirikan, sebagaimana adzan yang biasa dilakukannya ketika Rasulullah masih hidup. Setelah Rasulullah saw wafat, Bilal memang tidak mau lagi mengumandangkan adzan. Atas permintaan Umar, Bilal pun melantunkan adzan untuk menandai dimulainya pembangunan Masjid Umar. Saat Bilal mengumandangkan adzan dengan suara yang mendayu-dayu, Umar dan kaum Muslimin meneteskan air mata, teringat saat-saat di mana Rasulullah masih bersama mereka. Ketika suara adzan menyapu bukit dan lembah di Yerusalem, penduduk terpana dan menyadari bahwa suatu era baru telah menyingsing di kota suci tersebut.<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span>Wallahu a'lam bish-showab...</span></span><br />
</div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-71694515132616604202011-11-06T21:28:00.000-08:002011-11-06T21:28:52.388-08:00seiring jalanny sang waktu...., setahun sudah,<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Bagai makna datangnya qibas<br />
<div>Relakan nyawa meski memerih</div><div>disini berawal...</div><div><br />
</div><div>seiring jalanny mentari...</div><div>layaknya lautan tak mengenal koyakan</div><div>sengatan panas puncaknya surya</div><div>kibasan dikulit kasarnya karang</div><div><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-tHYIhoRJsLE/TrdrBbAKWnI/AAAAAAAABEI/OeqxI8pKlco/s1600/lonely-girl.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-tHYIhoRJsLE/TrdrBbAKWnI/AAAAAAAABEI/OeqxI8pKlco/s320/lonely-girl.jpg" width="240" /></a></div><div><br />
</div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div>Meski....</div><div>percikan permata menetes</div><div>Mentari kan menyeka jadikan warna-warni pelangi</div><div>hingga kebiruan menyulam senyum</div><div><br />
</div><div>Seberkas jalan memberat</div><div>Jengkal langkah semoga hingga usai</div><div>dan .....</div><div>Cukupkah waktu menuju keribaanMU</div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-6876186941015894132011-09-06T17:50:00.005-07:002012-04-24T22:24:36.721-07:00kadang kurindu pagimu....<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Pagi ini memang matahari tidak bersinar cerah<br />
tapi pagi ini indah<br />
ada kabut tipis yang menyelimuti dan kepulan<br />
asap dari dapur yang mewangi<br />
dari kejauhan suara burung-burung terdengar<br />
bersahut-sahutan<br />
berlomba dengan kokok ayam serta celoteh<br />
riang anak-anak...<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-xnf-JEEygRE/T5eJeZBbn3I/AAAAAAAABFI/0SeldKWlLIo/s1600/nadri.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="http://4.bp.blogspot.com/-xnf-JEEygRE/T5eJeZBbn3I/AAAAAAAABFI/0SeldKWlLIo/s320/nadri.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
Matahari tampaknya masih enggan<br />
membiaskan cahayanya<br />
bersembunyi malu di balik awan-awan kelabu<br />
yang sedang berdiskusi<br />
apakah hujan hendak diturunkan hari ini?<br />
<br />
Pagi dikampungku selalu saja membuatku<br />
rindu<br />
rindu akan susana sebuah kehidupan<br />
sederhana<br />
disini tak ada hiruk pikuk manusia yang<br />
berlomba untuk dunia<br />
mereka hanya tahu satu hal...<br />
pergi ke petak kebun serta sawah yang<br />
mereka punya<br />
menanam apa yang mereka bisa<br />
menunggu hasil yang akan mereka terima<br />
dan bersyukur dengan apa yang mereka dapat<br />
sungguh suatu pola hidup yang teramat<br />
sederhana...<br />
<br />
Pagi di kampungku sungguh indah walaupun<br />
biasa<br />
karena waktu seolah merambati hari tua<br />
bukan berlari<br />
disini kita bisa duduk tenang menunggu<br />
datangnya senja<br />
lalu terdengarlah suara-suara merdu<br />
mengalunkan puja<br />
dari lisan-lisan bocah yang belajar mengeja<br />
setiap huruf dari kalam suciNYA<br />
<br />
<br />
note..<br />
'posting dibuat sewaktu lebaran kemaren...awal sept 2011"<br />
gambar hanyalah ilustrasi..., NADRI yang sesungguhnya bukanlah seperti itu,<br />
krn disana terdiri dari bbrapa bukit..., bukan hamparan sawah...<br />
tapi ku selalu merindukannya, karena disanalah ku lahir dan dibesarkan....<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-14669217982353853612011-09-04T11:53:00.001-07:002011-09-28T23:17:42.434-07:00di ujung sepi...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Entah kenapa malam itu bulan begitu mengipnotisku.<br />
Cahayanya yang redup krn masih diawal bulan<br />
mendatangkan kesenduan malam yang sepi....<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-B5FXEi1EUrs/Tn9DGgAgJcI/AAAAAAAABD0/q5clMeSlFWM/s1600/f_emoangelm_b0cd318.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-B5FXEi1EUrs/Tn9DGgAgJcI/AAAAAAAABD0/q5clMeSlFWM/s320/f_emoangelm_b0cd318.jpg" width="214" /></a></div><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Aku memandanginya dengan terpesona, layaknya kelinci<br />
linglung memandangi sang dewi yang tengah terbang<br />
menuju langit dalam cerita anak-anak yang kubaca waktu SD.<br />
Bayangan badanku yang tercetak di tanah terlihat lebih nyata<br />
setelah lampu-lampu di sekitar rumah aku matikan.<br />
<br />
Dari halaman depan rumah, aku bisa melihat bulan<br />
bertengger dengan anggun di atas pucuk-pucuk daun.<br />
Pantulan cahayanya yang samar di dedaunan menimbulkan<br />
semburat warna keperakan.<br />
Daun-daun itu bergoyang karena tiupan angin malam yang<br />
tak begitu dingin. Dari sungai di samping rumah terdengar<br />
suara kodok bersahutan dengan suara jangkrik yang tak<br />
henti-hentinya berkicau dengan riang.<br />
<br />
Malam di kampung memang selalu terasa sepi. Cepat sekali<br />
orang-orang sudah masuk rumah untuk beranjak ke<br />
peraduan atau sekedar nongkrong di depan televisi.<br />
Dunia kecilku kini sudah berubah. Tak ada lagi petak umpet<br />
dan gobak sodor di malam hari. Juga tak ada lagi perburuan<br />
jangkrik di sawah-sawah yang kering setelah panen.<br />
<br />
Bahkan bulan pun merasa kesepian kini.<br />
<br />
<br />
<br />
# sept 2, 2011</div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-50178820422181759112011-05-26T08:24:00.000-07:002011-09-28T23:19:28.891-07:00Jelang Malam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-size: small;">Tlah meredup sinar mentari</span><br />
<span style="font-size: small;">Menandakan senja beranjak gelap</span><br />
<span style="font-size: small;">Pagi tlah siang kini malam kan menjelang</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Hanya sepi dan dingin</span><br />
<span style="font-size: small;">Pecah tangis sang bidadari langit</span><br />
<span style="font-size: small;">Kilatan emosi membelah perih</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-OUjp2273X0c/Tn9BWItEuPI/AAAAAAAABDs/QBEQ4YcQcZA/s1600/Fantasy-Angel-2-Girl.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-OUjp2273X0c/Tn9BWItEuPI/AAAAAAAABDs/QBEQ4YcQcZA/s320/Fantasy-Angel-2-Girl.jpg" width="320" /></a></div><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Belum usai mentari memancarkan</span><br />
<span style="font-size: small;">Setengah daun masih haus jangkauannya</span><br />
<span style="font-size: small;">Namun apalah daya....</span><br />
<span style="font-size: small;">Mentari menunggu esuk ,atau sirnakan.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Malam hanya merenung</span><br />
<span style="font-size: small;">Meski mentari tak seindah mewarnai bumi</span><br />
<span style="font-size: small;">Kilauan tetap harap</span><br />
<span style="font-size: small;">Hingga ada senyum menyambut pagi....</span><br />
<span style="font-size: small;">Dan berujung setiap cakrawala biru.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">jum'at ....</span></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-40042567210016987572011-03-29T22:45:00.000-07:002011-09-28T23:19:56.295-07:00silau...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Masih seperti hidup berkesan di dalam benakku<br />
Hutan rimba jauh di sana terhias oleh hijau yang abadi beribu-ribu bunga<br />
Kudaki melintas bukit<br />
Berjalan letih menahan berat berbeban </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><span style="font-size: small;">Jika matahari yang kulihat adalah terang </span><br />
<span style="font-size: small;">Maka sinarnya belum menerangi seluruh isi ruangku<br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-E4KFthnrQWs/TZLCqG0gdzI/AAAAAAAAAVk/xHX6gk1XnrU/s1600/18-senjasuralaya.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-E4KFthnrQWs/TZLCqG0gdzI/AAAAAAAAAVk/xHX6gk1XnrU/s320/18-senjasuralaya.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Silau terhampar<br />
Hilangkan udara segar</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;">Musim hujan segera menuju jurang malam<br />
Lambat laun mengantar siang<br />
Jiwa alam gemulai lunglai<br />
Bara menyala membuang jiwa lajang yang merdeka</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;">Pesanmu berhujanan menghambur bergegas...</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-91107407428874520532011-03-27T09:39:00.001-07:002012-04-15T02:55:40.750-07:00Purworejo ku merindukanmu....<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Akankah aku bertanya,saat kawan mengabarkannya.....</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Dimana tempat aku melihat pagi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Menenun embun menjadi selimut penghangat diri</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Menemui air menjadi permata dan udara harumkan surga</span><br />
<b><span style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif;"><br />
</span></span></b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-rPyMiWDuI8M/Tn87MNOfp_I/AAAAAAAABDQ/KNSUSQ6QfvQ/s1600/purworejo-300x225.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-rPyMiWDuI8M/Tn87MNOfp_I/AAAAAAAABDQ/KNSUSQ6QfvQ/s1600/purworejo-300x225.jpg" /></a></div><br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;"><i>" orang purworejo pasti kan mengenal tempat ini.., ya ini adalah "posis'</i></span><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Mengingat kaki langkahkan keramaian</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Berada ,saat keinginan yang tak tergapai</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Mulut rasa tawarkan santapan...</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Seolah meneguk lautan ,kala bergelora *</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Kemudian...</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Semuanya berahkir pada saat berawal</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Usia kecilku terkelupas masa dewasa</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Udara kabut terkikis mesin berderu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Tempat alam tersingkirkan lelehan individu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Kabarnya masih...</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Mengharapkan pemahaman atas diri renta yang mencipta</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Nikmati senja mengelilingi keteduhan berbising</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Atau bisa mengulang awal yang tlah tertinggal</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Akankah aku bertanya...</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Kalaulah embun masih butiran mutiara</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Pagi masih berselimut ,dan bersanding sejuta selera </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Tetaplah begini ,terkenang apa adanya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; font-size: small;">Hingga....datangku membawa keinginan jiwa</span><br />
<b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b><br />
<b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b><br />
<span style="font-size: small;"><i>'' kupersembahkan posting ini buat mengobati kerinduanku pada kotaku tercinta..purworejo..."</i></span><br />
<b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b><br />
<br />
<br />
<br />
</div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-9795611308392247172011-03-21T09:38:00.000-07:002011-09-25T07:26:02.260-07:00masapun tlah berganti...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Berkala keteduhan memudar</span><br />
<span style="font-size: small;">Masa-masa manis tlah mengukirku kini</span><br />
<span style="font-size: small;">Menoleh ke belakang...</span><br />
<span style="font-size: small;">Tentang kekaguman alamku</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-AAfTPI_uO8g/Tn85hActa6I/AAAAAAAABDI/QJOfmeuzGtE/s1600/lonely-angel-tired-beautiful_large.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="218" src="http://1.bp.blogspot.com/-AAfTPI_uO8g/Tn85hActa6I/AAAAAAAABDI/QJOfmeuzGtE/s320/lonely-angel-tired-beautiful_large.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><span style="font-size: small;">Teringat...</span><br />
<span style="font-size: small;">Kabut menggiring asa kecil ...</span><br />
<span style="font-size: small;">Apa kelak bertemu impian</span><br />
<span style="font-size: small;">Sedang naluri canda tak jua menyingkir</span><br />
<span style="font-size: small;">Gurauan ,olokan.....</span><br />
<span style="font-size: small;">Mengikat nuansa kelucuan</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Langkah mendekat kembali</span><br />
<span style="font-size: small;">Pohon usang kurus mengering</span><br />
<span style="font-size: small;">Jawabnya...</span><br />
<span style="font-size: small;">Kabut tlah melupa</span><br />
<span style="font-size: small;">Panas surya mengusir keteduhan,Hingga...</span><br />
<span style="font-size: small;">Hempasan-hempasan melepas tulang</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Sesuatu mencabut lamunanku</span><br />
<span style="font-size: small;">Diam tapi merasa</span><br />
<span style="font-size: small;">Kebingungan saat pembaringan kecilku mengering...</span><br />
<span style="font-size: small;">Singgasanaku tlah retak</span><br />
<span style="font-size: small;">Harap tapi tak bergerak</span><br />
<span style="font-size: small;">Manis meski pahit disenangi</span><br />
<span style="font-size: small;">Jadilah aroma kabut dikesejukan berlalu masam.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<br />
<br />
<br />
</div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-24084488276954110672011-03-15T11:46:00.000-07:002011-09-25T07:35:09.808-07:00Senandung Lagu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"></span></b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-j6Jb3bHWYSU/Tn874HieFpI/AAAAAAAABDU/hPihbJSI7aw/s1600/lonely_angel__h222602_l.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-j6Jb3bHWYSU/Tn874HieFpI/AAAAAAAABDU/hPihbJSI7aw/s320/lonely_angel__h222602_l.jpg" width="269" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; margin: 0px; text-align: center;"><b></b></div><div style="margin: 0px;"><b><b><br />
</b></b></div><div style="margin: 0px;"><b><b></b></b><span style="font-size: small;">Ketika satu pintu kebahagian tertutup</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Saat kata kehilangan makna</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Syairpun tak sua pujangga</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Semua resah meluruskan sayap</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Terpaku keelokan lara</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Aduan kegembiraan,kepedihan ,ketakjuban...</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Hingga nampak terduduk diabu emasnya</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Melepuh...</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Sekaranglah...</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Hadirkan lagu peluruh lemah</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Mampu menyatukan dalam darah</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Setengah mati meraup jujur</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Duduk berayun-ayun</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Meski tanpa ucap dan meninggalkannya seolah lantunkan kata</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Karana mereka yang menghargai kehilangan dari kebahagiaan.</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Melepas harap diatas pengorbanan</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Akan tiba saatnya</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Dimana senandung tiada indah</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Berbekas mengerti apa tak terjelaskan</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Mendengar apa tak terucap</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Sang kelana menjawab...</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Jika belum tercipta</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">akan terlantunkan</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Bila hanya nafas ini</span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;">Biar terbagikan </span></div><div style="margin: 0px;"><span style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span">Sampai belantara sepi terlewati</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<br />
</div><span style="font-size: small;"><b> </b></span></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-24111595697921186322011-03-06T08:20:00.000-08:002011-04-06T01:53:49.483-07:00Tembang Musim....<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Daun-daunpun melambai menanti kerinduan alam</span><br />
<span style="font-size: small;">Menggelitik awan biru ,hingga bermuram</span><br />
<span style="font-size: small;">Menjerit kilatan dasyat....</span><br />
<span style="font-size: small;">Diiringi semburan berdesis ,melenakan</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Langit menangis...</span><br />
<span style="font-size: small;">Dengan panggilanku,gerimis itu akan membekas</span><br />
<span style="font-size: small;">Jika dari gerimis meninggalkan nyanyian dan tarian pada jatuhnya</span><br />
<span style="font-size: small;">Ia telah meninggalkan beberapa bening dalam ranting bercabang</span><br />
<span style="font-size: small;">Kerinduan terobati...</span><br />
<span style="font-size: small;">Rindu lagu-lagu sekitar , beribu penantian tak terdengar</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Namun...</span><br />
<span style="font-size: small;">Ketika cakrawala tampil cemerlang</span><br />
<span style="font-size: small;">Berlenggok untaian selendang warna (pelangi)</span><br />
<span style="font-size: small;">Tembang kesedihan segera terngiang</span><br />
<span style="font-size: small;">Berkunjunglah,pasti harap kan' kian bertambah</span><br />
<span style="font-size: small;">Meski, siapapun yang terlalu sering mengunjungi ,akan bosan</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-gdwWnoCOIBc/TZDI0YBb2WI/AAAAAAAAAVc/S2YiHLnQl54/s1600/images+%252878%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-gdwWnoCOIBc/TZDI0YBb2WI/AAAAAAAAAVc/S2YiHLnQl54/s1600/images+%252878%2529.jpg" /></a></div><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: small;">Sekiranya nyata....</span><br />
<span style="font-size: small;">Amarah bencana bicara</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Daun-daunpun bergoyang</span><br />
<span style="font-size: small;">Seakan kerinduan berbuah dilema</span><br />
<span style="font-size: small;">Kemana kan kupautkan lagi...</span><br />
<span style="font-size: small;">Sedang hujan kian bertubi</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<br />
<br />
</div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-30576428968741395172011-03-03T03:33:00.000-08:002011-09-28T23:20:52.692-07:00jeritan alamku....<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><b><br />
</b><br />
<b><br />
</b><br />
<span style="font-size: small;">Bumi teriak ...</span><br />
<span style="font-size: small;">Siapa yang patut memelihara...</span><br />
<span style="font-size: small;">Bilanglah para penghuni</span><br />
<span style="font-size: small;">Kalian butuh ragaku</span><br />
<span style="font-size: small;">Mengapa kalian tusuk , hentak ,dan kalian kotori...</span><br />
<span style="font-size: small;">Sedang esok menjadi sarang abadi.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-Rw7weF4bRpU/Tn89Gc-d9NI/AAAAAAAABDc/4r7HyCZSTnY/s1600/lonely+angel.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="216" src="http://4.bp.blogspot.com/-Rw7weF4bRpU/Tn89Gc-d9NI/AAAAAAAABDc/4r7HyCZSTnY/s320/lonely+angel.jpg" width="320" /></a></div><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Sungguh , kalaulah boleh iri</span><br />
<span style="font-size: small;">Inginku seperti Bulan , Bintang , dan Matahari</span><br />
<span style="font-size: small;">Berdiri diatas tiada yang menyakiti</span><br />
<span style="font-size: small;">Penghuni...</span><br />
<span style="font-size: small;">Kalian selalu menyanjungnya ketika ria</span><br />
<span style="font-size: small;">Menangisi ketika tiada</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Terjagamu niscaya siksa bertubi</span><br />
<span style="font-size: small;">Rambutku rusak , airpun kering </span><br />
<span style="font-size: small;">Dibatas usang ,semakin mengiris</span><br />
<span style="font-size: small;">Hampa menjadi tandus kehidupan sejati</span><br />
<span style="font-size: small;">Menjadi amarah yang kian menyelubungi,tak kah mau peduli...</span><br />
<span style="font-size: small;">Andai datang waktunya,kalian melenggang seolah tiada beban</span><br />
<span style="font-size: small;">Ketika aku panggil kesabaran setelah kepergianmu dan tangisan</span><br />
<span style="font-size: small;">Ternyata tangisan segera menjawab,sedang kesabaran tidak !</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Biarlah penghuni rasa</span><br />
<span style="font-size: small;">Saat ku tergunjang memikul berat</span><br />
<span style="font-size: small;">Saat ku mual mencium busuk sisa buanganmu</span><br />
<span style="font-size: small;">Saat ku berkipas kena sengatan aktivitasmu</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Ya....</span><br />
<span style="font-size: small;">Gempa</span><br />
<span style="font-size: small;">Gunung meletus</span><br />
<span style="font-size: small;">Badai</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">"turut prihatin atas kejadian alam akhir2 ini...gunung meletus, sunami, lumpur meluap, banjir dll...., semoga ada hikmah dibalik semua itu...."</span><br />
<b><br />
</b><br />
<b><br />
</b></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-81172819660668157022011-02-23T11:07:00.000-08:002011-09-25T07:52:01.760-07:00dilema tentang alam...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><span style="font-size: small;">Saat jalan diambang pilihan</span><br />
<span style="font-size: small;">Dalam sisa tenaga dan harus berharap</span><br />
<span style="font-size: small;">Meski segenggam diwajah yang mulai kusut</span><br />
<span style="font-size: small;">Menuai tangis buliran keemasan</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Ibarat raga tlah termakan kimia</span><br />
<span style="font-size: small;">Pesakitan saat menerima</span><br />
<span style="font-size: small;">Hujan mengguyur kulit terkikis</span><br />
<span style="font-size: small;">Kemarau memuncak kulit terbelah</span><br />
<span style="font-size: small;">Dilema kami menyakiti bumi</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-j2hzfL2P7qU/Tn8_S7W1pnI/AAAAAAAABDk/eLBoA27RDLQ/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-j2hzfL2P7qU/Tn8_S7W1pnI/AAAAAAAABDk/eLBoA27RDLQ/s1600/images.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;"></span></div><br />
<span style="font-size: small;">Ditemani kotak usang bersuara</span><br />
<span style="font-size: small;">Tanya terus menjerat ke Maha Pencipta</span><br />
<span style="font-size: small;">Maafkan kami selalu menanam</span><br />
<span style="font-size: small;">Selalu menebar bubuk perusak</span><br />
<span style="font-size: small;">Terus menyiksa tiada ujung</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Hanya ini ....</span><br />
<span style="font-size: small;">Menghidupi anak-anak kami</span><br />
<span style="font-size: small;">Bekal mereka walau tangis mengiringi</span><br />
<span style="font-size: small;">Belahan bumi yang terkoyak mereka kejar dan tempati</span><br />
<span style="font-size: small;">Ampuni kami....</span><br />
<span style="font-size: small;">Amarah kian mendekat</span><br />
<span style="font-size: small;">Ampuni kami....</span><br />
<span style="font-size: small;">Kelak kan menghimpit raga tak berjiwa</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Namun.....</span><br />
<span style="font-size: small;">Dari kejauhan berbisik</span><br />
<span style="font-size: small;">Jadikanlah diri yang lembut daripada tiupan angin pegunungan</span><br />
<span style="font-size: small;">Dan....</span><br />
<span style="font-size: small;">Lebih tinggi cita-cita didunia daripada keberadaan bintang berkelip</span><br />
<span style="font-size: small;">Karna....</span><br />
<span style="font-size: small;">Dari kejauhan berucap</span><br />
<span style="font-size: small;">Kami ikut menikmati</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Meski....</span><br />
<span style="font-size: small;">Kulit bumi kian terinfeksi</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<br />
</div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-73371114411627839132011-01-17T07:14:00.000-08:002011-02-18T20:27:42.660-08:00makna akan persahabatan...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: small;">Dan seorang remaja berkata..., bicaralah pada kami tentang persahabatan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: small;">dan dia menjawab : </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: small;">Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi.</span><br />
<span style="font-size: small;">Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.</span><br />
<span style="font-size: small;">Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.</span><br />
<span style="font-size: small;">Karena kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mau kedamaian.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: small;">Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Dan bilamana dia diam, hatimu berhenti dari mendengar hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.</span><br />
<span style="font-size: small;">Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;</span><br />
<span style="font-size: small;">Karena yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TThgYOdy3bI/AAAAAAAAAUg/euosY21WDO0/s1600/pravs-j-hold-on-to-friendship.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="177" src="http://1.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TThgYOdy3bI/AAAAAAAAAUg/euosY21WDO0/s320/pravs-j-hold-on-to-friendship.jpg" width="320" /></a></span></div><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: small;">Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: small;">Karena cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.</span><br />
<span style="font-size: small;">Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.</span><br />
<span style="font-size: small;">Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?</span><br />
<span style="font-size: small;">Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.</span><br />
<span style="font-size: small;">Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..</span><br />
<span style="font-size: small;">Karena dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan....</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">...selamat hari persahabatan,</span></div><div style="text-align: left;"><br />
</div></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-38680741029002876482010-12-14T11:12:00.001-08:002011-02-18T20:28:56.362-08:00saatnya musim ini berganti...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TQqVWUbn9fI/AAAAAAAAATU/kUu66n5ZqZE/s1600/saat+musim+gugur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="130" src="http://2.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TQqVWUbn9fI/AAAAAAAAATU/kUu66n5ZqZE/s200/saat+musim+gugur.jpg" width="200" /></a></div><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
<br />
<span style="font-size: small;">perjalanan musim saling memburu,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">antara daun daun berguguran,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">dan tunas tunas merekah...</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">musim yang telah mengikat waktu,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">menerjemahkan embun dan buih dipasir,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">kicauan burung menghantarkan alunan rasa yg terbang,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">cerita alam yang keras meninggalkan </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">puing-puing yang hampa,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">seperti langkah-langkah hati mulai sunyi,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">tapi pagi masih ada,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">sinar mentari penuh kehangatan,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-size: small;">aku tatap awan penuh perkasa.</span>..</span></div></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-16323166292149641902010-11-15T05:22:00.000-08:002011-09-28T23:22:07.584-07:00senja...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TOEzEBtNAjI/AAAAAAAAATE/uHJIKexjQL0/s1600/23815_1112756836786_1762880190_202421_6336513_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://3.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TOEzEBtNAjI/AAAAAAAAATE/uHJIKexjQL0/s200/23815_1112756836786_1762880190_202421_6336513_n.jpg" width="190" /></a></div><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Semburat jingga menggantung di ujung mega</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Redakan gelisah dalam suasana hati</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Rebahkan aral tancapkan tujuan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kujaga nafasmu tetap di nadiku</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hingga kausadari</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">artiku di sini….</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kusebut namamu dalam tanya,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sanggupkah kau merasa?</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tentang beban ini,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tentang beban yang beratkan langkah,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tentang kabut yang halangi pandangku,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">dari indahmu….</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sorot matamu siratkan letih,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">t’lah lama kau panggul sendiri.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Lepaskanlah, Sayang,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">buanglah semua impian,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">dan rebahkanlah angan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam hangat yang merangkul dunia,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">duniamu,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">duniaku,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">dunia kita,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">bersama….”</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Serangkai kata yang kuingin kauucapkan,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">tapi mungkin tak pernah akan….</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hening lama….</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hingga,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Suatu senja, kutatap jingga</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">menggantung di ujung mega</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">menghiasi cakrawala waktu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dan bibirku pun berujar,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Pulanglah, kembalilah,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">dan tetaplah di sini….”</span></div></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-84041901773399300692010-09-23T06:47:00.000-07:002011-02-18T20:30:44.359-08:00jodoh.... ku<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TJtZ5LcNNOI/AAAAAAAAASg/fM8XHM2d360/s1600/14082010%28001%29.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://3.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TJtZ5LcNNOI/AAAAAAAAASg/fM8XHM2d360/s200/14082010%28001%29.jpg" width="200" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Jika ada yang bertanya, bagaimana aku memandang perkara jodoh, maka akan ku jawab, bagiku sama saja kau menanyakan keyakinanku tentang kematian..</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Jodoh dan kematian adalah rahasi-Nya yang tersembunyi dalam tabir keghaiban-Nya, dan tersimpan dengan indah dalam tiap lembar daun di lauhul mahfuzh..</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Lalu apa yang ku khawatirkan...?! </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dan kenapa pula ku harus mengejar...?!</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tidak, aku tak sudi..</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ku katakan padamu wahai para wanita perhiasan terindah dunia..</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ku tanya padamu, pernahkah kau jatuh cinta? Ku akui, akupun juga… Tapi tak pantas bagi kita mengumbar rasa itu.. Rasa yg entah akan berlabuh di mana?</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Lalu pikirkan, jika dia yang kau cinta, yang mengganggu tidurmu, membuatmu menangis karena rindu, ternyata bukan atau mungkin tak kan pernah menjadi pendampingmu, atau bukan kau yang dia pilih? Tak malukah? Tak malukah?</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Lalu, apa masih mampu kau tatap wajah suamimu kelak dengan cinta yang seutuhnya jika ternyata dulu kau pernah menaruh separuh hatimu pada lelaki lain…</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Wahai para lelaki, tak cemburukah....?</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tak cemburukah kau jika saat ini wanita yang kau pilih kelak sedang menyerahkan hatinya pada lelaki selainmu, namun ternyata kau yang akan meminangnya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tak sakit hatikah bila ketika bersamamu, ternyata dia tengah membandingkanmu dengan sosok lain dalam hatinya? Tak sedihkah? Tak sakitkah? Tak cemburukah? Jika kau, para lelaki, menjawab 'ya' maka, itu pula yang kami, wanita, rasakan..</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Takkan pernah bosan ku ingatkan, bahwa yang akan berlaku tetaplah ketetapan-Nya…. Sekuat apapun usaha kalian jika tak sejalan dengan kehendak-Nya, maka tak akan pernah terjadi.. .</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Lalu, buat apa kau mubazirkan waktumu? Untuk apa Kau kuras energi? Kerana apa kau habiskan airmatamu?.... untuk orang yang belum tentu menjadi milikmu? Untuk apa?</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dan ku katakan padamu. Mungkin kau yang akan memilihku belum ku cinta saat itu. Tapi ketahuilah, karena kau memilihku, kau ku cinta... </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bukankah jatuh cinta adalah sebuah proses? Akan ada sebab, akan ada hal yang membuatku jatuh cinta padamu, dan kau pun akan mencintaiku.. Dan ketika itu terjadi, semua telah terangkai dengan indah dalam kerangka kehalalan, dalam ikatan pernikahan yang disebut mitsaqan ghalizhan..</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">esspecially for my love wife...</span></div></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-80600368225207753412010-09-17T06:44:00.000-07:002011-02-18T20:31:09.794-08:00aku...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TJNwNNTrKXI/AAAAAAAAASQ/TEFav8GiIXs/s1600/man_versus_nature__by_m0thyyku.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://1.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TJNwNNTrKXI/AAAAAAAAASQ/TEFav8GiIXs/s200/man_versus_nature__by_m0thyyku.jpg" width="175" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Jika kau ingin menemukanku</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Lihatlah bulan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku akan menjadi cahaya</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Jika kau belum jua berjumpa</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Duduklah bersama burung di sangkar</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Yang tak berpintu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Jika aku tetap tidak ada di sana</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hilangkan dulu kecemburuanmu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pada malam yang memanggil</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tapi jangan sentuh pekatnya</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Karena itulah aku</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Jika belum jua kau bersua denganku</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Carilah aku di antara hempasan ombak</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Yang mencium bibir pantai</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku akan menjadi buih putih</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tersenyum untukmu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Jika kau malas ke sana mencariku</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bersualah dengan angin</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sebab aku bergulung dalam hembusannya</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Jika tak jua aku kautemukan di sana</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Cobalah bermimpi di tidurmu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku akan menjadi pendongeng</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Di antara lelapmu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Namun jika malam tak menyenggol kantukmu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bukalah pintu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku akan turun bersama embun</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Melembabkan dedaunan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku akan ada …</span></div></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-45706925475373367302010-09-02T14:40:00.000-07:002011-02-18T20:31:50.484-08:00syahdu...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter dan Tina sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun, hanya memandang langit sementara sahabat-sahabat mereka sedang asik bercanda ria dengan kekasih mereka masing-masing.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tina: "Duh bosen banget. Aku harap aku juga punya pacar yang bisa berbagi</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">waktu denganku."</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter: "Kayaknya cuma tinggal kita berdua deh yang jomblo. Cuma kita berdua</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">saja yang tidak punya pasangan sekarang."</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">(keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat)</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tina: "Kayaknya aku ada ide bagus deh. Kita adakan permainan yuk?"</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter: "Eh? Permainan apaan?"</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tina: "Eng... Gampang sih permainannya. Kamu jadi pacarku dan aku jadi</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">pacarmu tapi hanya untuk 100 hari saja. Gimana menurutmu?"</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter: "Baiklah.... Lagian aku juga gada rencana apa-apa untuk beberapa bulan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">ke depan."</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tina: "Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya... Semangat dong! Hari ini akan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">jadi hari pertama kita kencan. Mau jalan-jalan kemana nih?"</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter: "Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak salah film The Troy lagi maen</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">deh. Katanya film itu bagus"</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tina: "OK dech.... Yuk kita pergi sekarang. Tar pulang nonton kita ke</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">karaoke ya...</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ajak aja adik kamu sama pacarnya biar seru."</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter: "Boleh juga..."</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">(mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan Peter mengantarkan Tina pulang</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">malam harinya)</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari ke 2:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter dan Tina menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">suasana kafe yang remang-remang dan alunan musik yang syahdu membawa hati</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">mereka pada situasi yang romantis. Sebelum pulang Peter membeli sebuah</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">kalung perak berliontin bintang untuk Tina.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari ke 3:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado untuk seorang sahabat</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan, mereka memutuskan membeli</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat duduk di</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">foodcourt, makan satu potong kue dan satu gelas jus berdua dan mulai</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">berpegangan tangan untuk pertama kalinya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari ke 7:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bermain bowling dengan teman-teman Peter. Tangan tina terasa sakit karena</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">tidak pernah bermain bowling sebelumnya. Peter memijit-mijit tangan Tina</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">dengan lembut.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari ke 25:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter mengajak Tina makan malam di Ancol Bay . Bulan sudah menampakan diri,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">suara gelombang bergulung di pantai. Sekali lagi Tina memandang langit, dan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari ke 41:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter berulang tahun. Tina membuatkan kue ulang tahun untuk Peter. Bukan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yang mulai timbul dalam</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik. Peter terharu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup lilin ulang</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">tahunnya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari ke 67:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar, makan es krim bersama,dan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">mengunjungi stand permainan. Peter menghadiahkan sebuah boneka teddy bear</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">untuk Tina, dan Tina membelikan sebuah pulpen untuk Peter.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari ke 72:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari negeri China.. Tina</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">mengatakan "Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang", kemudian peramal itu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">meneteskan air mata.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari ke 84:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">karena bukan waktunya liburan bagi orang lain. Mereka melepaskan sandal dan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan, merasakan lembutnya</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">pasir dan dinginnya air laut menghempas kaki mereka. Matahari terbenam, dan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari ke 99:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan sederhana.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman kota.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">15:20</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tina: "Aku haus.. Istirahat dulu yuk sebentar."</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter: "Tunggu disini, aku beli minuman dulu. Aku mau teh botol saja. Kamu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">mau minum apa?"</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tina: "Aku saja yang beli. Kamu kan capek sudah menyetir keliling kota hari</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">ini. Sebentar ya"</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter mengangguk. Kakinya memang pegal sekali karena dimana-mana Jakarta</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">selalu macet..</span></div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TTKmbbjAnXI/AAAAAAAAATw/4-lM4F0laYQ/s1600/23815_1112766077017_1762880190_202447_4118184_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://4.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TTKmbbjAnXI/AAAAAAAAATw/4-lM4F0laYQ/s400/23815_1112766077017_1762880190_202447_4118184_n.jpg" width="305" /></a></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: small;">15:30</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter sudah menunggu selama 10 menit and Tina belum kembali juga.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">panik.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter: "Ada apa pak?"</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Orang asing: "Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">adalah temanmu"</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter segera berlari bersama dengan orang asing itu.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik matahari siang,tergeletak</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">tubuh Tina bersimbah darah, masih memegang botol minumannya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter segera melarikan mobilnya membawa Tina ke rumah sakit terdekat.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter duduk diluar ruang gawat darurat selama 8 jam 10 menit.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">23:53</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dokter: "Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Dia masih</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">bernafas sekarang tapi Yang kuasa akan segera menjemput. Kami menemukan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">surat ini dalam kantung bajunya."</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada Peter dan dia</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Tina. Wajahnya pucat tetapi</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">terlihat damai.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter duduk disamping pembaringan tina dan menggenggam tangan Tina dengan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">erat.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Untuk pertama kali dalam hidupnya Peter merasakan torehan luka yang sangat</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">dalam di hatinya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Butiran air mata mengalir dari kedua belah matanya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Tina untuknya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dear Peter...</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ke 100 hari kita sudah hampir berakhir.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku menikmati hari-hari yang kulalui bersamamu.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak bisa ditebak,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yang berharga dalam hidupku.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk mengenalmu lebih dalam lagi</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">sebelumnya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya berharap kita bisa memperpanjang</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">hari-hari kebersamaan kita. Sama seperti yang kuucapkan pada bintang jatuh</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">malam itu di pantai,</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku. Aku ingin menjadi</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada disisiku seumur</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">hidupku. Peter, aku sangat sayang padamu.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">23:58</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peter: "Tina, apakah kau tahu harapan apa yang kuucapkan dalam hati saat</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">meniup lilin ulang tahunku?</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku pun berdoa agar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya..</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tina, kau tidak bisa meninggalkanku! Hari yang kita lalui baru berjumlah 99</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">hari!</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kamu harus bangun dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama!</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku juga sayang padamu, Tina. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">kesepian!</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tina, Aku sayang kamu...!"</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Jam dinding berdentang 12 kali.... Jantung Tina berhenti berdetak.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari itu adalah hari ke 100...</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan meninggalkanmu dan tidak akan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">pernah kembali lagi.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><br />
<br />
<br />
</b></span></div><b><big><span style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: small;"><br />
</span> <br />
</big></b></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-36612623446729001542010-08-15T20:44:00.000-07:002011-02-18T20:32:11.196-08:00saat senja menemaniku...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="mobile-photo"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TGi1IcNmmVI/AAAAAAAAAQo/FQeQh09w5zk/s1600/senja-729123.gif"><img alt="" border="0" height="233" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5505849701077260626" src="http://2.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TGi1IcNmmVI/AAAAAAAAAQo/FQeQh09w5zk/s320/senja-729123.gif" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kamu adalah senja yang membuat teduh mataku, </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">hatiku, jiwaku dan perasaanku,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tapi ku tak tau, kamu akan pergi bersama datangnya malam,<br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Senja akan tergantikan malam yang dingin, yang pekat bahkan kelam,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dan ku juga tau, esok senja akan kembali dengan semburat yang sama indah, jingga, anggun memerah bahkan memukau,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tapi ku tak bisa menatapmu seperti kemarin, <br />
karena kau tak kan pernah memanggilku untuk melihat keindahan senja lagi,<br />
Aku hanya bisa mengingat bahwa engkau pernah menemaniku di tempat itu,</div><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Seperti hari ini...</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> masih mentari yang sama...</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> senja yang sama...</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> jingga yang sama...</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> tempat yang sama dan diriku yang sama...</span></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-32709452891066298532010-08-12T02:47:00.000-07:002011-02-18T20:32:37.358-08:00melati..., kurasa kulihat putihmu,<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kala sumber cahya memancarkan rona</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sinar semburatnya merekah di ufuk</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ketika mata terbuka kedua kelopaknya</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Terjaga dari lelapnya tidur</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Berdengung dalam pendengaran</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Menyapa suara kehidupan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dengung duka, raung petaka</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Menyelimuti pribadi manusia-manusia</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dikala tumbuh MELATI PUTIH</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Rekah kembang diatas dahan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pembuka masuknya cahya kehidupan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tumbuhlah kuncup nan segar</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ketika kupu-kupu beterbangan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Lincah menari-nari keliling ranting</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Mengitari lapangan dan dusun</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Menyapa riang setiap mekar dan kuncup</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Nafas kembang aroma MELATI PUTIH</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hembusan semerbaknya nan wangi</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ketika mata menatap gunung nan tinggi</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tinggi, emoh kemewahan diniawi</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Telanjang dalam zuhud dan kepapaan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Saling menjawab hembusan MELATI PUTIH</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Memenuhi gurun sahara gersang</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Wanginya…</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Memberikan secercah asa kehidupan</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tak kenal diam, tak pula reda</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ketika hati riang menari</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bersuka ria gembira</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Menggema….</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Gema arumnya wangi MELATI PUTIHKU</span></div></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-47293821683520117152010-08-07T06:53:00.000-07:002011-02-18T20:33:04.255-08:00jelang ramadhan...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">di tengah malam,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">saat aku menatap langit berhias bintang,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">seakan-akan malam-malam suci itu</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">sedang berbaris menunggu giliran</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">untuk bertemu denganku.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sambil membawa nampan-nampan,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">yang akan dipersembahkan pada-Nya</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">setiap pagi menjelang.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Akankah nampan-nampan itu</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">kuisi dengan sepenuh cinta.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sanggupkah aku merajut amal mulia,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">doa, ilmu, alquran, sujud,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">bahagiakan fakir miskin dan</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">berbuat baik pada sesama,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">sebagai persembahanku pada-Nya</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ataukah aku akan tega,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">membiarkan malam-malam suci berlalu</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">sambil mencucurkan air mata</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">karena menahan malu</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">saat harus mempersembahkan</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">nampan-nampan kosong pada-Nya,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">yang telah memberiku segalanya</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">mohon maaf ats segala khilaf dan salahku...</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">selamat menjalankan ibadah puasa, semoga menjadikan kita lebih bertaqwa..</div></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8502163600853376128.post-90291818426140547982010-07-27T01:58:00.000-07:002011-02-18T20:33:23.151-08:00pohon, batang, ranting, daun dan mahkotanya . . .<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="headerContainer"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TE6ebA-q1oI/AAAAAAAAAQg/ooI1evmnFHY/s1600/puisi+alam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://3.bp.blogspot.com/_qus6szZCyTc/TE6ebA-q1oI/AAAAAAAAAQg/ooI1evmnFHY/s200/puisi+alam.jpg" width="200" /></a></div><div class="header"><div class="branding"></div></div></div><div class="storyText"><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ia masih seperti yang dulu </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Terlihat kemarin pagi </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ia masih seperti yang dulu </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kulihat kemarin siang </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Masih…….. Ia tetap seperti yang dulu </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Terlihat lagi sore kemarin </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hujan terlalu lama untuk diturunkan </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Matahari terlalu gahar untuk dimandikan </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Alam melanglang, embun berganti deburan topan </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Debu menggelora </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Panas menyengat datang </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Aahh….Ia masih seperti yang dulu </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Terlihat pagi ini, mentari mercusuar dunia </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Oh Tuhan….Ia masih seperti yang dulu </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kulihat lagi sore ini, menggalang sunyi menatap prahara </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Akar, Batang……….. </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ia masih seperti yang dulu </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tetap tangguh, menancap kokoh menusuk perut bumi </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Batang, ranting………bermahkotakan Daun </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Selalu, seperti dulu </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kulitnya coklat, merona menyerap mentari </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Daunnya segar menghijaukan </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Seperti yag aku lihat dulu, diperjalanan hidupku </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Oh…Tuhan….. </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ia berbeda hari ini, meranggas, tanpa mahkota </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Batang, Ranting….. </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tetap seperti yang dulu </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tapi tak coklat seperti pertama dulu </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Legam, pekat…. </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ia terbakar, ia telah mati, ia tercabik mahkotanyapun hilang </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tanpa daun </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tepat hari ini </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Gelora mentari congkak telah membakarnya </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Diatas kepala tersenyum </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Mentari tersenyum gahar </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pohon itu….. </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Batang itu….. </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ranting itu…… </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Mahkotanya……..hilang </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hutanku tak seperti yang dulu </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hari ini kulihat siang tadi </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Diperjalanan hidupku </div></div><div class="storyText" style="font-family: Verdana,sans-serif;"></div><div class="storyText" style="font-family: Verdana,sans-serif;"></div><div class="storyText" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
<br />
" sengaja kubuat posting ini untuk mengobati kerinduanku pada kampung halamanku, nadri-krendetan bagelen dan sekitarnya ..."</div><div class="storyText"></div><div class="storyText"></div></div>Hesti Tamtomohttp://www.blogger.com/profile/09999624581086186882noreply@blogger.com0