silau...



Masih seperti hidup berkesan di dalam benakku
Hutan rimba jauh di sana terhias oleh hijau yang abadi beribu-ribu bunga
Kudaki melintas bukit
Berjalan letih menahan berat berbeban


Jika matahari yang kulihat adalah terang 
Maka sinarnya belum menerangi seluruh isi ruangku
 



















Silau terhampar
Hilangkan udara segar

Musim hujan segera menuju jurang malam
Lambat laun mengantar siang
Jiwa alam gemulai lunglai
Bara menyala membuang jiwa lajang yang merdeka

Pesanmu berhujanan menghambur bergegas...





Purworejo ku merindukanmu....



Akankah aku bertanya,saat kawan mengabarkannya.....
Dimana tempat aku melihat pagi
Menenun embun menjadi selimut penghangat diri
Menemui air menjadi permata dan udara harumkan surga






" orang purworejo pasti kan mengenal tempat ini.., ya ini adalah "posis'








Mengingat kaki langkahkan keramaian
Berada ,saat keinginan yang tak tergapai
Mulut rasa tawarkan santapan...
Seolah meneguk lautan ,kala bergelora *


Kemudian...
Semuanya berahkir pada saat berawal
Usia kecilku terkelupas masa dewasa
Udara kabut terkikis mesin berderu
Tempat alam tersingkirkan lelehan individu


Kabarnya masih...
Mengharapkan pemahaman atas diri renta yang mencipta
Nikmati senja mengelilingi keteduhan berbising
Atau bisa mengulang awal yang tlah tertinggal

Akankah aku bertanya...
Kalaulah embun masih butiran mutiara
Pagi masih berselimut ,dan bersanding sejuta selera 
Tetaplah begini ,terkenang apa adanya
Hingga....datangku membawa keinginan jiwa




'' kupersembahkan posting ini buat mengobati kerinduanku pada kotaku tercinta..purworejo..."





masapun tlah berganti...



Berkala keteduhan memudar
Masa-masa manis tlah mengukirku kini
Menoleh ke belakang...
Tentang kekaguman alamku

Teringat...
Kabut menggiring asa kecil ...
Apa kelak bertemu impian
Sedang naluri canda tak jua menyingkir
Gurauan ,olokan.....
Mengikat nuansa kelucuan


Langkah mendekat kembali
Pohon usang kurus mengering
Jawabnya...
Kabut tlah melupa
Panas surya mengusir keteduhan,Hingga...
Hempasan-hempasan melepas tulang

Sesuatu mencabut lamunanku
Diam tapi merasa
Kebingungan saat pembaringan kecilku mengering...
Singgasanaku tlah retak
Harap tapi tak bergerak
Manis meski pahit disenangi
Jadilah aroma kabut dikesejukan berlalu masam.





Senandung Lagu




Ketika satu pintu kebahagian tertutup
Saat kata kehilangan makna
Syairpun tak sua pujangga
Semua resah meluruskan sayap

Terpaku keelokan lara
Aduan kegembiraan,kepedihan ,ketakjuban...
Hingga nampak terduduk diabu emasnya
Melepuh...

Sekaranglah...
Hadirkan lagu peluruh lemah
Mampu menyatukan dalam darah
Setengah mati meraup jujur

Duduk berayun-ayun
Meski tanpa ucap dan meninggalkannya seolah lantunkan kata
Karana mereka yang menghargai kehilangan dari kebahagiaan.
Melepas harap diatas pengorbanan

Akan tiba saatnya
Dimana senandung tiada indah
Berbekas mengerti apa tak terjelaskan
Mendengar apa tak terucap

Sang kelana menjawab...
Jika belum tercipta
akan terlantunkan
Bila hanya nafas ini
Biar terbagikan 
Sampai belantara sepi terlewati





Tembang Musim....



Daun-daunpun melambai menanti kerinduan alam
Menggelitik awan biru ,hingga bermuram
Menjerit kilatan dasyat....
Diiringi semburan berdesis ,melenakan


Langit menangis...
Dengan panggilanku,gerimis itu akan membekas
Jika dari gerimis meninggalkan nyanyian dan tarian pada jatuhnya
Ia telah meninggalkan beberapa bening dalam ranting bercabang
Kerinduan terobati...
Rindu lagu-lagu sekitar , beribu penantian tak terdengar


Namun...
Ketika cakrawala tampil cemerlang
Berlenggok untaian selendang warna (pelangi)
Tembang kesedihan segera terngiang
Berkunjunglah,pasti harap kan' kian bertambah
Meski, siapapun yang terlalu sering mengunjungi ,akan bosan















Sekiranya nyata....
Amarah bencana bicara


Daun-daunpun bergoyang
Seakan kerinduan berbuah dilema
Kemana kan kupautkan lagi...
Sedang hujan kian bertubi






jeritan alamku....





Bumi teriak ...
Siapa yang patut memelihara...
Bilanglah para penghuni
Kalian butuh ragaku
Mengapa kalian tusuk , hentak ,dan kalian kotori...
Sedang esok menjadi sarang abadi.



















Sungguh , kalaulah boleh iri
Inginku seperti Bulan , Bintang , dan Matahari
Berdiri diatas tiada yang menyakiti
Penghuni...
Kalian selalu menyanjungnya ketika ria
Menangisi ketika tiada


Terjagamu niscaya siksa bertubi
Rambutku rusak , airpun kering 
Dibatas usang ,semakin mengiris
Hampa menjadi tandus kehidupan sejati
Menjadi amarah yang kian menyelubungi,tak kah mau peduli...
Andai datang waktunya,kalian melenggang seolah tiada beban
Ketika aku panggil kesabaran setelah kepergianmu dan tangisan
Ternyata tangisan segera menjawab,sedang kesabaran tidak !


Biarlah penghuni rasa
Saat ku tergunjang memikul berat
Saat ku mual mencium busuk sisa buanganmu
Saat ku berkipas kena sengatan aktivitasmu


Ya....
Gempa
Gunung meletus
Badai




"turut prihatin atas kejadian alam akhir2 ini...gunung meletus, sunami, lumpur meluap, banjir dll...., semoga ada hikmah dibalik semua itu...."



 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 jejak langkah... |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.